INVASI militer Rusia ke Ukraina mengancam pemulihan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut berpotensi mengerek harga bahan bakar minyak (BBM) dan makanan.
Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengingatkan, ketahanan pangan global yang terancam akibat disrupsi selama pandemi Covid-19, kini semakin terancam akibat konflik bersenjata Rusia dengan Ukraina.
Sebab, ketahanan pangan global diwujudkan lewat sebuah sistem pangan yang terintegrasi antara negara-negara di dunia melalui perdagangan terbuka.
Baca Juga:24 Babinsa Otsus Asal Papua, Terima Pelatihan Mekanik OtomotifBanjir Bandang di Bumiayu
“Invasi ini tentu mengganggu berjalannya perdagangan sektor pertanian, distribusi dan juga logistik antar negara, terutama di dan dari Ukraina,” terang Felippa dalam keterangan persnya, kemarin.
Felippa menilai, hancurnya beberapa fasilitas strategis di Ukraina mengganggu kelancaran distribusi pangan. Indonesia terancam terkena dampaknya. Karena Indonesia tercatat mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Ukraina, dengan rincian sebesar 2,99 juta ton pada 2019. Dan 2,96 juta ton di 2020, atau sekitar 28 persen dari total impor biji gandum Indonesia.
Sementara Ukraina tercatat mengimpor komoditas minyak kelapa sawit dari Indonesia dengan nilai impor sebesar 139 juta dolar AS di tahun 2019.
Menurut Felippa, Indonesia dapat memainkan peranannya dalam mewujudkan ketahanan pangan global, lewat tiga agenda pada sektor pertanian yang akan dibahas pada G20.
“Dengan konflik Rusia-Ukraina saat ini, tantangan G20 menjadi lebih berat,” imbuhnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengaku ketar ketir dengan konflik Rusia Ukraina. Karena, Ukraina merupakan pemasok utama gandum ke Tanah Air.
“Ada ketergantungan pasokan. Kalau konflik berkepanjangan, efeknya harga naik terus dan stok berkurang,” ujarnya.
Baca Juga:Abramovich Lepas Chelsea, Berikut Pernyataan LengkapnyaSanksi Berlaku, Kapal Kargo Baltic Leader Milik Rusia Dicegat di Selat Inggris
Adhi mengungkapkan, sebagian besar produk makanan olahan gandum dalam negeri seperti mie, tepung terigu, roti hingga kue tergantung pada impor dari Ukraina. Sementara, ongkos energi sepenuhnya ditentukan oleh pasokan Rusia.
“Kalau ini berlangsung lama akan berdampak pada kenaikan harga produk makanan olahan dari bahan baku gandum. Ini yang harus diantisipasi Pemerintah,” jelasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui, ketegangan antara Rusia dan Ukraina akan mempengaruhi pemulihan ekonomi global yang pada akhirnya berdampak juga terhadap ekonomi Indonesia.