SEORANG pensiunan insinyur kedirgantaraan yakin dia telah menemukan keberadaan Malaysia Airlines Penerbangan 370 (MH370), pesawat penumpang dari Malaysia yang menghilang misterius hampir delapan tahun lalu, setelah melakukan penyelidikan tidak resmi. Temuannya telah menyebabkan Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) memerintahkan peninjauan data pencarian.
Penerbangan Malaysian Airlines mengejutkan dunia ketika secara misterius “menghilang,” bersama dengan 239 orang di dalamnya (227 penumpang dan 12 awak), saat melakukan perjalanan ke Beijing dari Kuala Lumpur pada 8 Maret 2014.
Upaya global untuk menemukan pesawat Boeing 777-200ER dimulai di Teluk Thailand dan Laut China Selatan sebelum akhirnya meluas ke Selat Malaka dan Laut Andaman. Pencarian selama empat tahun, yang akhirnya dikenal sebagai pencarian penerbangan paling mahal dalam sejarah dengan biaya US$ 200 juta, tidak menghasilkan temuan puing-puing dari penerbangan yang hancur itu.
Baca Juga:Gubernur BI: Ketidakpastian Global Bisa Pengaruhi Ekonomi IndonesiaKasus Dugaan Penistaan Agama, Jenderal Dudung Sebut Tuhan Bukan Orang Arab Dihentikan
Menurut pensiunan insinyur dan fisikawan kedirgantaraan Inggris Richard Godfrey, penerbangan 370 bisa saja jatuh ke laut sekitar 1.200 mil (1.933 kilometer) barat Perth, Australia, dan sekitar 13.123 kaki (4.000 meter) di bawah air di daerah yang dikenal sebagai ” busur ketujuh.”
Godfrey menentukan tujuan akhir pesawat dengan menggunakan analisis Weak Signal Propagation Reporter untuk memantau gangguan frekuensi radio yang dibuat pesawat di seluruh dunia.
Dia menunjukkan pola tidak beraturan yang dibuat pesawat sepanjang perjalanannya, seperti putaran 360 derajat yang dibuatnya di atas lautan.
Dalam sebuah wawancara dengan “60 Minutes Australia” pada hari Minggu, Godfrey berkata, “Semua orang berasumsi sampai sekarang ada jalan lurus, bahkan mungkin dengan autopilot. Saya percaya ada pilot aktif untuk seluruh penerbangan.”
Godfrey mengatakan, perilaku pesawat seperti itu menunjukkan pilot Zaharie Ahmad Shah tampaknya telah menyebabkan pesawat keluar jalur dengan sengaja, dan mendukung teori tentang dugaan keterlibatan pilot dalam kecelakaan itu.
Dia mengungkapkan bahwa pesawat menunjukkan pola menahan (holding) yang tidak biasa selama sekitar 20 menit, sekitar tiga jam setelah penerbangan. Seorang pilot biasanya menjaga pesawat dalam pola holding dalam wilayah udara tertentu, yang terjadi ketika sebuah pesawat sedang menunggu izin untuk meninggalkan atau bersiap-siap sebelum mendarat.