Peter Carey menyebut, sebagai ratu dunia spiritual Jawa, Ratu Kidul menjadi penegas Pangeran Diponegoro ingin menempatkan dirinya sejajar dengan Sultan Agung dalam rangka olah batin maupun kekuatan nyata selama Perang Jawa. Namun di lain pihak, Pangeran Diponegoro juga mengedepankan tujuannya mengangkat keluhuran agama Islam di seluruh tanah Jawa.
Sebagai seorang Jawa tulen, Pangeran selalu merasa terpesona kecantikan yang tidak pernah pudar dari Sang Dewi. Pangeran Diponegoro mendapat banyak inspirasi dari alam gaib, roh-roh leluhur, dan bersamaan dengan itu dia mengambil inspirasi pula dari ketaatannya sebagai seorang muslim tarikat Shattariyah.
Di kemudian hari, sikapnya yang dianggap terlalu Kejawen ini dipermasalahkan, hingga menyebabkan hengkangnya Kiai Mojo dari barisan panglima-ulama pendukung utama Laskar Diponegoro. (*)