Proses peminjaman tokoh Islam ini ada kalanya terasa dipaksakan atau dipelesetkan. Prabu Brawijaya saat masuk Islam mendapatkan pengajaran syahadat dari Sunan Kalijaga. Muhammad Rasulullah dimaknai sebagai makam kuburan tempat rasa memuji badan sendiri. Rasulullah sebagai rasa ganda salah. Singkatnya Muhammad Rasulullah adalah pengetahuan badan dan tahu makanan.
Apakah Serat Darmogandul didasarkan atas Sejarah Lokal atau Sejaah Lisan? Untuk menjawab hal tersebut ada baiknya dibandingkan dengan Sejarah Jawa karya Thomas Stamford Raffles.
Karya Raffles ditulis dengan mengumpulkan sumber-sumber lokal. Raffles memerintah sebagai Gubernur Jenderal di Jawa pada 1811-1816. Kecintaan Raffles akan sastra dan budaya Jawa melahirkan karya Monumental The History of Java dan Musium Etnografi Batavia. Ia menjelajahi daerah-daerah di Jawa dan mengumpulan berbagai data tentang budaya dan sejarah.
Baca Juga:Kejagung Periksa Mantan Komisaris BRTI Terkait Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Satelit, Status Sebagai SaksiPasar di Bogor Jual Minyak Goreng Harga Eceran Tertinggi Rp14.000, Ketersediaan Masih Terbatas
Salah satu kisah yang ia muat adalah Raja Majapahit Angka Wijaya, putra dari Kencana Wungu, dalam hubungannya dengan putri Campa dan orang-orang muslim. Angka Wijaya diceritakan bertahta tahun 1300 thun Jawa atau 1378 Masehi.
Kisahnya dalam beberapa hal banyak sama dengan Babad Tingkir, menyangkut anak dan istri Raja. Raden Patah adalah anak putri Cina yang saat hamil dikirim ke Palembang bersama anak raja dari keturunan makhluk halus Gunung Lawu yang bernama Aria Damar.
Raden Patah bersama adiknya Raden Husein pergi ke Gresik. Raden Husein langsung menuju Majapahit, sedangkan Raden Patah ke Ampel karena trauma pada perlakuan Raja pada ibunya.
Setelah menikah dengan cucu Sunan Ampel ia membuka wilayah ke Barat yang terdapat rerumputan harum bernama Bintara. Wilayah itu disebut Demalakan (disingkat Demak), yaitu wilayah kering di tengah rawa-rawa yang luas.
Setelah berdiri Demak, Raja mengutus Husen untuk menghancurkannya kecuali mau mengakui Majapahit. Raden Patah dibawa ke istana lalu diberi gelar Adipati karena kemiripannya dengan raja. Raden Patah mengadu pada Sunan Ampel bahwa ia merasa marah dan terhina dan bertekad untuk menghancurkan Majapahit.
Setelah membangun masjid (1390 J/ 1468 M) Raden Patah mendengar Sunan Ampel wafat. Ia pergi ke Ampel dan sepulang dari Ampel mendapatkan pendamping delapan penyebar agama. Ia mulai menghimpun persekutuan melalui pemuka agama untuk melawan Majapahit dengan Panglima Sunan Undang atau Sunan Kudus.