Dalam Serat Darmogandul disebutkan bahwa Raja Majapahit tergoda oleh putri Campa. Karena itulah ia lalai dengan ancaman para pendatang muslim dan memberi tempat pada mereka. Menurut Denys Lombard, Raden Rahmat sudah datang lebih awal dari Putri Campa. Putri Campa sendiri makamnya di Trowulan berasal dari tahun 1448 M, atau 40 tahun sebelum Kertabhumi bertahta jika dilihat dari versi Slamet Muljana.
Serat Darmogandul bukanlah sebuah sejarah dalam pengertian akademik. Dalam Serat itu sendiri dijelaskan bahwa cerita Raden Budi Sukardi kepada Ki Kalamwadi, yang oleh Ki Kalamwadi diteruskan kepada Darmogandul tidak didasarkan pada sumber tertentu.
Tidak mudah membuktikan cerita dalam Darmogandul. Beberapa pokok latar sejarah yang dipakai berasal dari Babad Tanah Jawi atau turunannya. Tetapi detail dan alur narasi yang dipakai Darmogandul bukan dari Babad Tanah Jawi, melainkan dari Babad Kadhiri.
Baca Juga:Kejagung Periksa Mantan Komisaris BRTI Terkait Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Satelit, Status Sebagai SaksiPasar di Bogor Jual Minyak Goreng Harga Eceran Tertinggi Rp14.000, Ketersediaan Masih Terbatas
Babad Kadhiri lahir dari keingintahuan orang Belanda akan sejarah Kediri dan bertanya kepada Ngabehi Purbawijaya. Karena tidak tahu, Jaksa Ngabehi Purbawijaya mencari dalang Dermakandha dari Majarata. Sayangnya, Dalang Dermakandha hanya tahu kisah Panji ke bawah, tidak ke era selanjutnya. Ia punya ide untuk bertanya kepada jin penunggu gua di Gunung Klothok, yaitu Butha Locaya.
Caranya Ki Dermakandha akan memanggil Butha Locaya yang akan merasuki Ki Sondong, abdi Ngabehi Purbawijaya. Baru dilakukan wawancara. Jadi, Babad Kadhiri disusun dari wawancara dengan orang kesurupan.
Serat Darmogandul juga menyatakan bahwa cerita yang disampaikan tidak didasarkan sumber tertulis tertentu, melainkan dari tuturan Raden Budi Sukardi. Tidak diketahui secara jelas apakah Raden Budi Sukardi menceritakan Babad Kadhiri atau penulis Babad Kadhiri sama dengan penulis Serat Darmogandul.
Tetapi uraian tentang pikiran keagamaan dalam Darmogandul tampak berasal dari orang yang cukup mengenal Islam, meski punya rasa tidak suka. Penulis cukup pandai dalam berdialog untuk menunjukkan keunggulan agama Budi. Dalam dialog itu, penulis Darmogandul tidak mempertentangkan antara tokoh Islam dengan tokoh lain, melainkan dengan meminjam satu tokoh Islam.
Saat memprotes Raden Patah, penulis mempergunakan tokoh Nyai Ampel, istri Sunan Ampel. Saat mengkritik ajaran Islam dan memuji agama Budi, ia meminjam Prabu Brawijaya sebagai pembela ajaran Islam untuk berdebat keyakinan dengan Sabdo Palon.Â