Butha Locaya marah. Ia mengingatkan agar Sunan Bonang menjaga perilakunya dan tidak merusak. Masyarakat Jawa – meski lebih banyak penganut agama Kalang dibandingkan agama India – adalah penganut Agama Budi yang memperhatikan sopan santun. Ia menuduh ulama-ulama bangsa Arab suka mengambil air tanah Jawa dan menyuruh Sunan Bonang pun pergi.
Berita kejadian di Kertasana didengar Prabu Brawijaya. Ia memerintahkan mencari Sunan Bonang tapi tidak ketemu sehingga memerintahkan pengusiran orang Arab kecuali di Demak dan Ampel. Daerah Giri yang tiga tahun tidak mau menghadap dicurigai hendak memberontak juga sehingga diserang tentara Majalengka/ Majapahit sehingga Giri kalah, meskipun sudah dibantu para pendekar Tionghoa.
Sunan Bonang, yang merasa bersalah, bersama Sunan Giri menghadap ke Demak. Sunan Bonang menyampaikan penglihatan gaibnya bahwa Majapahit sudah waktunya hancur. Awalnya Raden Patah keberatan untuk melawan ayahnya.
Baca Juga:Kejagung Periksa Mantan Komisaris BRTI Terkait Kasus Dugaan Korupsi Pengadaan Satelit, Status Sebagai SaksiPasar di Bogor Jual Minyak Goreng Harga Eceran Tertinggi Rp14.000, Ketersediaan Masih Terbatas
Namun, atas bujukan Sunan Bonang dan Sunan Giri, Adipati Demak itu bersedia menyerang Majapahit. Ia menyurati Adipati Terung, saudaranya yang menjadi panglima di Majapahit untuk membantunya. Adipati Terung setuju.Â
Prabu Brawijaya terkejut mendengar laporan bahwa anaknya bersama para Sunan dan Bupati Pantura menyerang Majapahit. Ia menyesal telah terpikat bujukan Ratu Campa dan mengijinkan para ulama menyebarkan Islam dan mengutuk mereka.
Prabu Brawijaya memilih untuk meninggalkan kraton dan memerintahkan untuk menghadapi pasukan Demak sekedarnya. Konon hanya 3000 pasukan Majapahit yang menghadapi 30.000 pasukan Demak. Hanya Patih Nayaka dan Lembu Pangarsa (anak Brawijaya) yang mempertahankan kraton, berhadapan dengan Sunan Kudus, Sunan Ngudung, dan Patih Demak.
Alkisah setelah tewasnya patih Majapahit, para Sunan masuk dan menjarah istana. Putri Cempa dipindahkan ke Bonang. Adipati Terung membakar buku-buku Budha. Orang-orang Majapahit yang tidak mau takluk mengungsi ke gunung.
Setelah tiga hari, Sultan Demak menghadap ke Ampel bersama para Sunan dan Bupati untuk minta restu. Ia bertemu isteri Sunan Ampel, yang masih putri Bupati Tuban.
Raden Patah dimarahi habis-habisan atas perilaku tidak terpujinya, sebagai anak yang tidak tahu balas budi. Raden Patah menyesal tapi semua sudah terjadi. Raden Patah diminta untuk mencari ayahnya, Prabu Brawijaya.