BAGI masyarakat Tatar Sunda, julukan Prabhu Siliwangi yang sebenarnya ditulis Silih Wangi sudah tentu sangat dikenal. Tokoh tersebut dianggap raja Sunda kuno terbesar, yang membawa keharuman dan kesejahteraan kerajaannya.
Sejak lama para ahli ‘tergoda’ untuk mengadakan penelisikan tentang tokoh Siliwangi. Kajian pertama dilakukan oleh Moh. Amir Sutaarga tahun 1965 dengan judul Prabu Siliwangi atau Ratu Purana Prabu Guru Dewataprana Sri Baduga Maharaja Ratu Hadji di Pakuan Padjadjaran 1474-1513. Kemudian disusul Ayatrohaedi tahun 1986 dengan judul Niskawalawastukancana 1348-1474: Raja Sunda Terbesar? Lalu, Saleh Danasasmita yang menulis dengan bahasa Sunda dengan judul Tokoh SIliwangi dina Sajarah, termaktub dalam kumpulan karangan yang bertajuk Nyucruk Sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabhu Siliwangi tahun 2003.
Ketiga pakar diatas menyimpulkan bahwa Siliwangi dahulu merupakan tokoh sejarah yang pernah hidup, berjaya dalam pemerintahannya, dan akhirnya dikenang dalam berbagai cerita dan tradisi lisan.
Baca Juga:Terungkap Korupsi Dana Covid-19, Mantan Kadis Pangan Minahasa Utara, Negara Rugi Rp61 miliarMengungkap Rahasia Serat Darmogandul
Ayatrohaedi memiliki pendapat berbeda tentang jatidiri Prabhu Siliwangi yang bukan tokoh Sri Baduga Maharaja.
…Mengingat hingga sekarang tidak ada satu pun sumber sejarah ‘utama’ yang pernah menyebut nama itu. Nama Siliwangi sedemikian jauh hanya ditemukan dalam berbagai carita pantun, tradisi lisan, dan naskah berasal dari masa yang lebih muda. Sedemikian jauh, Siliwangi terutama dikenal sebagai tokoh sastra, dan bukan tokoh sejarah” halaman 31 Niskawala Wastukancana 1348-1474: Raja Sunda Terbesar?
“Pertama, menurut berbagai babad dapat diketahui bahwa Siliwangi menjadi raja tidak langsung menggantikan ayahnya, Prabu Anggalarang. Ia menjadi raja setelah ada orang lain bertindak sebagai ‘penyelang’. Kedua, tokoh itu haruslah hidup pada masa awal masuknya pengaruh Islam ke Jawa Barat, karena menurut sumber-sumber sastra dan tradisi lisan, Siliwangi diajak masuk Islam oleh anaknya sendiri. Ketiga, tokoh itu haruslah yang besar jasanya di dalam memajukan kesejahteraan hidup rakyatnya, karena berbagai sumber menyebutkan bahwa pada masa pemerintahnya kerajaan Sunda berada dalam taraf hidup yang subur makmur loh jinawi” halaman 32 Niskawala Wastukancana 1348-1474: Raja Sunda Terbesar?
Atas dasar ketiga petunjuk, Ayatrohaedi menyimpulkan yang sepatutnya berjuluk Prabhu Siliwangi pada mulanya ialah Raja Niskawala Wastukancana yang memerintah cukup lama antara tahun 1348-1474.