PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa seluruh negara-negara di dunia perlu meningkatkan kolaborasi agar bisa bersama-sama dalam menghadapi tekanan pandemi yang telah menjalar di segala aspek kehidupan.
Menurut Presiden, perkembangan terbaru yang terjadi di Eropa Timur saat ini sama sekali tidak mencerminkan upaya tersebut. Bahkan, Kepala Negara secara khusus menyebut jika apa yang dipertontonkan oleh Rusia dan Ukraina belakangan ini adalah sebuah tindakan yang tidak patut.
“Kebangkitan satu kawasan akan membangkitkan kawasan yang lainnya. Sebaliknya, keruntuhan satu kawasan akan ikut meruntuhkan kawasan yang lainnya. Dalam situasi yang seperti ini bukan saatnya untuk rivalitas, bukan saatnya membuat ketegangan baru yang mengganggu pemulihan dunia apalagi yang membahayakan keselamatan dunia, sebagaimana yang terjadi di Ukraina saat ini,” ujar secara daring saat pembukaan forum 1st Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20, Kamis, 17 Februari.
Baca Juga:Pesawat Patroli Maritim P-8 Poseidon Angkatan Laut AS ‘Dicegat’ Sukhoi SU-35 Rusia di Perairan MediteraniaMeruntuhkan Reputasi Ganjar Pranowo
Menurut Kepala Negara, masing-masing pihak harus mengedepankan proses diplomasi dan negosiasi dalam mengurai persoalan yang ada serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip perdamaian.
“Semua pihak harus menghentikan rivalitas dan ketegangan. Kita harus fokus untuk bersinergi, untuk berkolaborasi menyelamatkan dan membangkitkan dunia tempat kita hidup, untuk segera bangkit kembali, pulih kembali,” tegas Presiden Jokowi.
Seperti yang diketahui, Rusia dan Ukraina terlibat ketegangan yang berujung pada potensi perang secara terbuka. Dua negara seperibuan itu kemudian makin meningkatkan aktivitas militer di area perbatasan sebagai strategi unjuk kekuatan.
Dari informasi terakhir yang dihimpun redaksi, sejumlah pasukan Rusia telah ditarik dari wilayah perbatasan dan membuat tensi ketegangan agak mengendur.
Adapun, pernyataan sikap Presiden Joko Widodo dalam forum G20 menjadi cukup penting lantaran salah satu pihak yang bersengketa, yakni Rusia, merupakan anggota di perkumpulan internasional ini. Sementara sejumlah negara lain, utamanya AS, diketahui adalah sekutu tetap Ukraina di Kawasan Eropa. (*)