Cirebon pada awalnya desa nelayan yang bernama Dukuh Pasambangan saat ini menjadi kompleks Astana Gunung Jati kurang lebih 5 km arah utara dari Kota Cirebon. Di dukuh Pasambangan setiap hari selalu ramai dikunjungi orang untuk keperluan dagang. Sebalah timur dari komplek pemakaman terdapat Pelabuhan Cirebon pertama disebut Muara Jati, yang disinggahi perahu-perahu dagang asal China, Arab, Parsi, Baghdad, India, Malaka, Tumasik, Pasai, Jawa Timur, Madura dan Palembang.
Islam sebagai agama baru di Cirebon telah diperkenalkan beberapa saat sebelum kedatangan Sunan Gunung Jato. Tokoh-tokoh yang mengawalinya adalah H Purwa tahun 1337 dan menyebarkannya di wilayah Cirebon Girang. Sementara, di wilayah pesisir mendarat juru dakwah dari Makkah bernama Syaikh Nurul Jati atau Syaikh Datul Kahfi beserta pengikutnya yang kemudian disusul dengan datangnya 4 juru dakwah berasal dari Baghdad yaitu Sayid Abdul Rahman yang dikenal dengan Pangeran Panjunan, Sayid Abdul Rahim dikenal dengan Pangeran Kejaksan, Sayid Abdullah dan Siti Baghdad.
Di kaki Gunung Jati sebelah utara para juru dakwah ini mendirikan pondok pesantren dan dua buah sumur. Pondok Pesantren didirikan dibuat samaran dengan maksud untuk menghindari ancaman dari orang-orang yang tidak menyenangi agama baru yaitu Islam.
Baca Juga:Perjalanan Dedi Yuliardi Ashadi, Dorce Gamalama Meninggal DuniaAsap Putih yang Diduga Chemtrail di Langit Jakarta, Daur Ulang Teori Konspirasi Lawas
Islam mengalami kemajuan yang menggembirakan di masa Syaikh Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berdasarkan literatur, ia memegang tampuk pemerintahan kenegaraan Cirebon yang diwarisi dari Ki Somadullah atau Pangeran Cakrabuana yang merupakan pamannya sendiri, bergelar Ingkang Sinuhun Sunan Jati Purba Wisia Panetep Panagama Awliyah Khalifatur Rasulullah Sallawwahu Alaihi Wassalam, dikutip dari makalah Achmad Opan Safari berjudul Peta Naskah Cirebon, 7 Maret 2009.
Ada yang belum terungkap hingga kini, keberadaan benteng di sekitar Pelabuhan Cirebon. Buku Uit Cheribon’s Geschiedenis karya Dr. E.C. Godee Molsbergen, seorang petugas arsip negara atau Land Archivaris di Batavia. Dalam buku tersebut, menceritakan tentang peran VOC atau Generals Verenigde Geoctroyeerde Oost Indische Compagnie di wilayah Cirebon setelah ditanda tanganinya perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681.
Diperoleh informasi bahwa dalam suatu rapat di Pemerintah Tertinggi Belanda tanggal 8 Maret 1686 diputuskan