BANYAK peradaban di dunia berawal dari tepian air. Tepian air dapat berwujud tepi telaga, tepi oase, tepi paya-paya, tepi sungai, tepi danau dan tepi pantai. Keberadaan air sangat mutlak dibutuhkan bagi kehidupan dasar manusia, karena faktor inilah kemudian mereka bertemu, berkumpul lalu membentuk komunitas yang pada akhirnya terbangun sebuah kebudayaan dan peradaban.
Cirebon, secara teritorial geografis terletak di tepian pantai utara Jawa atau disapa Pantura, yang dilengkapi dengan sungai-sungai sebagai jalur transportasi ke pedalaman yang letaknya di sekitar Pelabuhan Cirebon yaitu, Sungai Cimanuk, Pekik, Kesunean dan Cilosari. Demikian hasil riset Tim Peneliti Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNPAD berjudul Sejarah Cirebon Abad Ketujuh Belas.
Kondisi alam yang sesungguhnya berpotensi menjadi pusat berkembangnya peradaban, karena letak yang strategis di tepian air itu tidak terjadi pada Cirebpn, setidaknya di masa pengaruh kekuasaan Hindu yang berpusat di Kawali Galuh.
Baca Juga:Perjalanan Dedi Yuliardi Ashadi, Dorce Gamalama Meninggal DuniaAsap Putih yang Diduga Chemtrail di Langit Jakarta, Daur Ulang Teori Konspirasi Lawas
RH Unang Sunardjo dalam tulisannya berjudul Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintah Kerajaan Cerbon 1479-1809 disebutkan menurut catatan lama, telah berdiri kerajaan kecil di antaranya Indraprahasta, Cirebon Girang, Singapura, Japura, dan Kadipaten Palimanan di bawah kekuasaan Kerajaan Rajagaluh.
Cirebon yang dulunya dikenal dengan nama Caruban Nagari menampakkan diri sebagai pelabuhan ketika pengaruh Islam secara perlahan memasuki daerah-daerah pantai utara Jawa. Sebuah manuskrip berbahasa China She-Feng Hsiang-Sung mengungkapkan adanya instruksi jalur pelayaran dari Shun-t’a (Sunda Pajajaran) ke arah timur sepanjang Pantai Utara menuju Che-Li-Wen (Crebon).
Keberadaan pelabuhan Cirebon diperkuat oleh laporan-laporan yang ditulis Tome Pires dalam kunjungannya di tahun 1513. Dalam The Summa Oriental of Time Pires: An Account of The East menggambarkan kota Cirebon sebagai kota yang mempunyai pelabuhan yang pada waktu ia datang menyaksikan 3-4 jung dan kurang lebih 10 lancara. Pires menggambarkan juga bahwa kota Cirebon dihuni sekitar 1000 orang. Letak kota Cirebon dapat dicapai dengan menggunakan jung dan terdapat pasar yang jauhnya 1 km dari istana.
Di masa itu, ada 7 pedagang besar di antaranya Pate Qadir seorang bangsawan pedagang yang pernah menjadi kepala perkampungan Jawa di Malaka yang kemudian diusir oleh Portugis karena berkomplot dengan Demak yang menyerbu Malaka.