Setelah kembali dari Banten, Sunan Gunung Jati mulai menyebarkan Islam di Cirebon dan sekitarnya. Ia kemudian bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi, dikenal juga sebagai Syekh Nurjati, salah seorang penyebar Islam pertama di Cirebon. Keduanya saling belajar, dan sama-sama menyebarkan ajaran Islam di tatar Sunda.
Sunan Gunung Jati dikenalkan oleh Syekh Nurjati kepada putrinya, Nyi Rara Api atau Nyi Rara Jati. Keduanya pun berjodoh. Dalam sebuah naskah ilmu tasawuf, Naskah Mertasinga, diterbitkan dalam buku Sejarah Wali: Syekh Syarif Hidayatullah-Sunan Gunung Jati (Naskah Mertasinga) hasil terjemahan Amman N. Wahju, disebutkan jika pernikahannya itu dikaruniai dua orang putra, yakni Pangeran Jayakalana dan Pangeran Bratakalana.
Di dalam Naskah Mertasinga terdapat sepenggal kisah kehidupan sang wali, termasuk ajarannya selama proses penyebaran Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Baca Juga:Banjir Cimahi, Jalan Sangkuriang – Puri Cipageran Terputus Serial ‘The Lord of the Rings: The Rings of Power’ Habiskan Rp6,6 Triliun Tayang di 240 Negara
Pernikahan Sunan Gunung Jati selanjutnya dianggap sebagai perjodohan yang paling berpengaruh dalam penyebaran Islam di Cirebon dan Priangan. Penelitian yang dilakukan A. Sobana Hardjasaputra dan Tawalinuddin Haris dalam buku Cirebon dalam Lima Zaman: Abad ke-15 hingga Pertengahan Abad ke-20 menyebut jika tahun 1479 Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati.
Saat itu, Sunan Gunung Jati telah resmi menikah dengan putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis, yaitu Nyi Mas Pakungwati. Setelah mendapat kedudukan sebagai penguasa Cirebon, Sunan Gunung Jati segera merubah bentuk pemerintahannya menjadi kerajaan Islam. Perubahannya dilakukan untuk memperkuat kekuatan Islam di tanah Sunda dan menyebarkannya ke luar Cirebon.
Selama pernikahannya dengan Nyi Mas Pakungwati juga Sunan Gunung Jati diangkat sebagai wali oleh Dewan Wali, menggantikan Sunan Ampel yang telah wafat. Tidak dijelaskan dengan pasti berapa putra dan putri yang diperoleh Sunan Gunung Jati pada pernikahannya ini tetapi banyak di antara mereka yang wafat sebelum meneruskan dakwah sang wali.
Perjodohannya kali ini banyak disebut sebagai proses legitimasi dan persebaran Islam ke wilayah yang lebih luas. Dalam Naskah Kuningan Sunan Gunung Jati menikah dengan putri Nyi Gedeng Tepasan, yang juga cucu dari Raja Majapahit Sri Angerehrah, Rara Tepasan.