LEMBAGA intelijen Israel Mossad dikabarkan menggunakan spyware Pegasus buatan NSO Grup untuk meretas ponsel secara tidak resmi ketika dipimpin Yossi Cohen.
Adalah situs berita Haaretz, yang menurunkan laporan itu pada Minggu kemarin, 13 Februari 2022.
Mengutip keterangan sejumlah karyawan NSO Group yang menolak namanya disebutkan, Haaretzmengatakan pejabat Mossad berulang kali meminta NSO untuk meretas beberapa telepon untuk mereka, dan mengatakan mereka tidak tahu mengapa peretasan ini diminta.
Baca Juga:Kader Partai Ummat Jadi Tersangka Teroris, Begini Reaksi PANDensus 88 Tangkap Terduga Teroris yang Bersembunyi di Kantor Polsek Kampar
Karyawan mengatakan pejabat Mossad sering mengunjungi kantor pusat NSO di Herzliya, terkadang untuk mempelajari tentang spyware, terkadang dengan pejabat dari luar negeri dalam upaya untuk menjual perangkat lunak tersebut kepada mereka.
Menurut karyawan yang dikutip oleh Haaretz, di bawah kepemimpinan Cohen, Mossad dan NSO memiliki hubungan dekat, dan agensi tersebut membuka pintu bagi perusahaan dan memasarkan produknya di Afrika dan Timur Tengah.
Haaretz mengingatkan bahwa Mossad, Shin Bet (Badan Keamanan Israel) dan tentara memiliki alat peretasan telepon mereka sendiri yang mereka kembangkan bahkan sebelum NSO dibuat. Perusahaan menggunakan alat yang ada untuk mengembangkan perangkat lunak Pegasus, yang kemudian dijual ke seluruh dunia.
Menurut surat kabar itu, ada kemungkinan Mossad mengalami kesulitan meretas telepon tertentu dengan alatnya sendiri atau terlibat dalam pengumpulan intelijen tidak resmi.
Karyawan yang berbicara dengan Haaretz mengklaim bahwa Cohen belum pernah terlihat di kantor NSO, tetapi bawahannya telah menunjukkan minat yang besar pada kemampuan peretasan perusahaan.
Sejak masa jabatan Cohen berakhir, minat Mossad dalam kegiatan NSO telah berkurang, kata karyawan. Direktur Mossad saat ini, David Barnea, telah menjauhkan diri dari perusahaan dan mengurangi keterlibatan Mossad dalam urusan regional.
Sejak pertengahan Januari, pers Israel, dan khususnya harian ekonomi Calcalist, telah melaporkan penggunaan spyware tidak hanya di luar negeri tetapi juga di Israel, termasuk tuduhan polisi mengambil kendali jarak jauh dari telepon pintar warga Israel tanpa surat perintah. (*)