APA alasan Presiden Vladimir Putin membikin onar di Ukraina? Dengan mengumbar pasukan besar-besaran di perbatasan, pengerahan jet tempur di Belarusia, dan latihan perang di Krimea, ketegangan di Ukraina semakin memuncak. Usut punya usut, Putin memang sedang melancarkan siasatnya.
Dalam tulisan di theconversation.com, pada Jumat (21/1/2022), Tatsiana Kulakevich, Asisten Profesor di Sekolah Studi Global Interdisipliner, Universitas Florida Selatan, Putin sedang berusaha keluar dari tekanan dan sekadar memanfaatkan Ukraina.
Kulakevich menilai Putin memandang Ukraina sebagai bagian dari “lingkup pengaruh” Rusia yakni satu wilayah, bukan negara merdeka. Rasa memiliki itu telah mendorong Kremlin untuk mencoba menghalangi Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Baca Juga:Ada Ular di Kabin Penumpang AirAsia Rute Kuala Lumpur-TawauAndi Arief: Setelah Demokrat Difitnah atas Kasus Wadas, Kami Bertanya Apa Benar Hasto di Balik Penambangan Andesit?
Pada Januari 2021, Rusia mengalami salah satu demonstrasi anti-pemerintah terbesarnya selama bertahun-tahun. Puluhan ribu orang Rusia memprotes untuk mendukung pemimpin oposisi politik Alexei Navalny, menyusul penahanannya di Rusia. Navalny baru saja kembali dari Jerman, di mana dia dirawat karena diracun oleh pemerintah Rusia.
“Putin juga menggunakan Ukraina sebagai pengaruh bagi kekuatan Barat untuk mencabut sanksi mereka. Saat ini, AS memiliki berbagai sanksi politik dan keuangan terhadap Rusia, serta sekutu potensial dan mitra bisnis ke Rusia,” paparnya. .
Menurut Tatsiana Kulakevich, serangan Rusia di Ukraina dapat mendorong lebih banyak percakapan diplomatik yang dapat mengarah pada konsesi atas sanksi ini. Kerugian bagi Rusia untuk menyerang Ukraina akan jauh lebih besar daripada manfaatnya.
“Saat invasi skala penuh ke Ukraina tidak mungkin, Putin mungkin memperbarui pertempuran antara tentara Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur,” tambahnya.
Dikatakan, keputusan Putin untuk terlibat dalam pembangunan militer di sepanjang Ukraina terkait dengan rasa impunitas. Putin juga memiliki pengalaman berurusan dengan politisi Barat yang memperjuangkan kepentingan Rusia dan terlibat dengan perusahaan Rusia begitu mereka meninggalkan kantor.
“Negara-negara Barat telah memberlakukan sebagian besar sanksi simbolis terhadap Rusia atas campur tangan dalam pemilihan presiden AS 2020 dan serangan siber besar-besaran terhadap sekitar 18.000 orang yang bekerja untuk perusahaan dan pemerintah AS, di antara pelanggaran lainnya,” papar Kulakevich.