YAYASAN Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan ketidakmerataan harga dan akses dalam mendapatkan minyak goreng di lapangan. Hal ini sesuai dengan survei yang dilakukan YLKI.
Peneliti YLKI Annis Safira Nur menyebut, tidak meratanya harga ini menimbulkan fenomena panic buying di tengah masyarakat.
“Sehingga masyarakat lainnya yang membutuhkan tidak mendapatkan minyak goreng bersubsidi,” ujar Annis dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2/2022).
Baca Juga:Petisi Online YLKI, Bongkar Dugaan Kartel Minyak GorengBagaimana Kasus Pembunuhan Belum Terungkap?
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat akses minyak goreng subsidi pemerintah seharga Rp14 ribu per liter belum merata di pasaran.
Survei yang dilakukan pada 2 hingga 8 Februari itu menyasar 30 toko yang mencakup warung, minimarket, minimarket koperasi, agen, dan supermarket di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.
Sementara, pada 4 Februari, survei juga dilakukan dengan mewawancarai sejumlah konsumen yang mencakup ibu rumah tangga dan umum.
“Hasil survei menunjukkan masih ditemukan ketidakmerataan harga dan akses minyak goreng bersubsidi,” ujar Niti Emiliana, salah satu anggota tim peneliti YLKI dalam konferensi pers, Jumat (11/2).
Ia memaparkan dari 30 toko, hanya 3 toko atau 10 persen yang tersedia minyak goreng bersubsidi. Kemudian, hanya 1 toko atau 3 persen yang menyediakan minyak goreng subsidi yang tidak subsidi sekaligus.
Sementara, 9 toko atau 30 persen tidak menyediakan minyak goreng bersubsidi. Lalu, 17 toko atau 57 persen tidak menjual minyak goreng kelapa sawit.
Terkait kesesuaian harga minyak goreng di pasaran dengan harga subsidi pemerintah, ia menuturkan hanya ada 2 toko atau 15 persen yang menjual minyak goreng sesuai standar pemerintah dan 1 toko atau 8 persen yang menjual di bawah standar sedangkan sisanya di atas standar.
Baca Juga:Elegi Penegakan Hukum, Mampukah Polisi Membuka Kembali Kasus Harnovia Fitriani?Buname dari Hasil Tes PCR Sebelum Konsumen Lakukan Tes hingga Bosnya Tersandung e-KTP
“Rata-rata harga minyak berdasarkan survei kami seharga Rp16.171 per liter, ini masih tinggi dibanding subsidi pemerintah,” sambung Niti.
Lebih lanjut, ia memaparkan kendala tidak tersedianya minyak goreng bersubsidi di pasaran. Sebanyak 10 toko atau 38 persen tidak mendapatkan akses pasokan minyak goreng bersubsidi. Lalu, 15 toko atau 58 persen kehabisan stok dan 1 toko atau 4 persen memasok secara berkala.
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara pada konsumen, ia menyatakan masyarakat menengah atas hingga menengah ke bawah sama-sama mengalami dampak kelangkaan minyak goreng.