Ripuh beta mengatasi agar tidak panik. Tapi kepikiran juga bagaimana kalau sampai lemas hingga meninggal.
Kusiapkan beberapa buku. Yang paling atas isinya uang arisan. Hampir 5jt. Lalu buku tabungan&deposito. Perhiasan&surat-suratnya. Dan lain-lain. Semua saya taruh di laci.
Di rumah hanya sama ibu dan Dini. Tetap juga sholawatan dalam hati. Lalu bikin kopi sambil menikmati setiap tegukanya.
Baca Juga:Perang dengan Ukraina, Bagaimana Perasaan Rusia?Aturan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan Pencairan Saat Usia 56 Tahun
Gak mau berpikir banyak lagi. Pandangan menyapu ke teras rumah mencari posisi emak duduk di mana. Jangan sampai sendirian. Bahaya.
Sesekali ngegodain Dini. “Gantian njagain&nemenin made yang duduknyi di luar sana”. Kalau gak mau, wifi di stop. Dia pun menurut sambil manyun-senyum manja.
Alhamdulillah menjelang magrib ini, mendengar suara adzan, kok mendadak bisa pulih dan normal. Seperti tidak terjadi apa-apa.
Nyruput kopi. Lalu ke musola. Berjamaah.
Mungkin di situ juga saya terkena.
***
Seorang dokter juga “protes”. Ia lagi memperdalam spesialis jantung di UGM.
Namanya: Jagadito.
Protesnya halus: kirim berita.
Isinya: 521 dokter resident terjangkit Covid-19.
Omicron begitu cepat menyebar: sudah melewati angka 46.000/hari Rabu lalu.
Sedikit lagi sudah mencapai target perkiraan Juli: 60.000. Padahal ini baru saja Imlek. Belum lagi perayaan cap go meh: 15 Februari 2022
*Dahlan Iskan