Sementara China berada di posisi ketiga, dengan total investasi U.S.$3,2 juta atau 10,2 persen dari keseluruhan investasi, di bawah Hong Kong yang menanam U.S.$4,6 juta di Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu negara tujuan China untuk melanggengkan ambisinya dalam pembangunan proyek infrastruktur untuk mendukung jalur perdagangan negara itu yang dikenal dengan nama Belt and Road Initiative.
Selain proyek kereta cepat, China juga berinvestasi dalam sejumlah proyek pembangunan pembangkit listrik baik yang bertenaga uap maupun air di antaranya di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Selain itu, China juga menanamkan modalnya pada beberapa industri pengolahan (smelter) bijih nikel yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan baterai bagi industri kendaraan listrik.
Baca Juga:Penjualan Pesawat Tempur, Amerika Serikat-Perancis Berusaha Rangkul IndonesiaDaun dan Pohon Dewandaru, Mistisnya Gunung Kawi
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan pada November tahun lalu yang mengatakan bahwa keberadaan pekerja China pada sektor tambang dan smelter dikarenakan sumber daya manusia (SDM) lokal yang memenuhi kualifikasi masih tergolong sedikit.
Begitu juga pernyataan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah tatkala rapat bersama anggota parlemen pada Mei 2021 yang mengatakan bahwa maraknya pekerja China ke Indonesia dipicu ramainya investasi negara tersebut.
“Kenapa TKA China lebih besar? Tentu saja karena banyak investasi yang masuk ke Indonesia berasal dari China,’ ujar Ida dalam rapat tersebut. (*)