Sejumlah pekerjaan mendasar dalam proyek yang penuntasannya kembali molor hingga pertengahan tahun depan itu, terang Pungky, masih belum bisa dilakukan pekerja lokal. Salah satunya pengeleasan rel yang masih harus dilakukan pekerja China.
“Setelah berdiskusi, ternyata kita belum pernah membuat rel yang akan digunakan sehingga butuh teknik pengeleasan yang berkualitas tinggi yang memang belum kita miliki,” kata Pungky.
“Hal itu yang mengapa kadang kita masih membutuhkan tenaga ahli, meski sifatnya amat teknis. Kita belum memiliki kapasitas itu.”
Baca Juga:Penjualan Pesawat Tempur, Amerika Serikat-Perancis Berusaha Rangkul IndonesiaDaun dan Pohon Dewandaru, Mistisnya Gunung Kawi
Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet tak membantah keberadaan pekerja China dalam proyeknya, tapi ia berdalih jumlah tenaga kerja asing telah menurun seiring waktu karena tingkat kesulitan pekerjaan mulai berkurang.
Saat awal pengerjaan, rasio TKA China dibanding pekerja lokal sebanyak 1:4, namun kini telah menjadi 1:7.
“Pada awal perencanaan, dengan kesulitan tinggi terkait teknologi kereta cepat, perbandingan tenaga asing dengan lokal memang sempat 1:4,” kata Dwiyana, sembari menambahkan bahwa jumlah itu bakal terus berkurang seiring waktu.
Dari total 15.486 pekerja kereta cepat, jumlah pekerja asing tercatat sebanyak 2.010 orang berbanding 13.477 pekerja Indonesia.
Proyek infrastruktur
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegoro sepakat dengan penyataan pemerintah bahwa peningkatan pekerja China dipicu keberadaan proyek-proyek negara tersebut di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, seperti proyek smelter, pertambangan, dan kereta cepat.
“Hal itu tentu didorong oleh dominasi dan keberlanjutan proyek yang dikelola China, seperti kereta cepat,” kata Bhima ketika dihubungi.
Terkait jumlah pekerja asing asal China yang tidak berbanding lurus investasinya di Indonesia, Bhima pun meragukannya. Ia menduga, investasi China sejatinya bisa lebih besar di Indonesia karena beberapa penanaman modal dilakukan via Singapura yang selama ini dikenal sebagai pusat bisnis.
Baca Juga:Gubernur Kaltara Gelengkan Kepala Saat Melihat Bangkai Camry yang Tewaskan Putranya, AKP NovandiTegaskan Hati-hati Soal Naturalisasi Pemain Timnas, Ini Alasan Menpora
“Melihat Singapura yang selama ini menjadi hub bisnis, sangat besar potensi investasi China mengalir lewat Singapura,” katanya.
Merujuk data Kementerian Investasi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dilansir pada Kamis (27/1), Singapura tercatat sebagai negara dengan investasi terbesar di Indonesia, mencapai U.S.$9,4 juta atau 30,2 persen dari total investasi asing di Tanah Air.