KLIKSATU.COM-Aksi penembakan yang berujung kematian Komandan Tim Badan Intelijen Strategis (Dantim BAIS) Pidie, Aceh, Kapten Abdul Majid, diduga bukan perampokan.
Menurut dugaan pengamat teroris, Al-Chaidar, pembunuhan itu terjadi karena proses penyerahan senjata yang gagal.
“Jika perampokan biasa, mobil juga akan dibawa lari dan teman dari almarhum juga akan dibunuh,” jelas Al-Chaidar, dikutip Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (2/11).
Baca Juga:Ini Aturan Baru Penumpang Kapal LautSatu Miliar Data Sistem Pengenalan Wajah dan Sidik Jari Pengguna Bakal Dihapus dari Facebook
Al-Chaidar mengatakan, kemungkinan Abdul Majid mencoba meminta pemilik senjata api itu menyerahkannya kepada negara. Sebagai imbalan, negara akan memberikan kompensasi uang.
Namun uang yang dibawa Abdul Majid dianggap tidak sepadan. Karena posisi pemilik senjata telah diketahui, transaksi gagal itu berujung pada pembunuhan Abdul Majid.
Al-Chaidar memastikan kelompok yang menyerang ini bukan jihadis. Bisa jadi, mereka adalah kelompok yang tidak terkoordinir yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi.
“Kita juga lihat, ada kelompok lainnya menyerang Pos Polisi di Aceh Barat juga. Dan untuk menyerang tersebut juga butuh keberanian. Apalagi laras panjang yang digunakan merupakan peninggalan sisa konflik Aceh,” tutur Al-Chaidar.
Komandan Tim BAIS Pidie, Kapten Abdul Majid, menjadi korban penembakan orang tak dikenal (OTK) pada Kamis petang (28/10). Penembakan terjadi di Jalan Lhok Panah, Desa Murong Cot, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie, Aceh sekitar pukul 18.19 WIB. Saat itu korban tengah mengemudikan mobil Toyota Fortuner putih. (*)