Informasi lain menyebutkan 70 orang, baik penumpang maupun awak kapal, dilaporkan hilang. Simpang siur tentang jumlah korban berasal dari data penumpang kapal yang tidak sesuai manifes.
Ada banyak kuli angkut pribumi yang tidak tercatat, kemungkinan merekalah yang banyak hilang. Cerita heroik lain terjadi saat warga yang tinggal di pesisir Pantai Brondong berusaha menyelamatkan para penumpang Kapal Van der Wijck.
Sebagai ucapan terima kasih kepada warga dan untuk mengenang tenggelamnya kapal mewah tersebut, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Monuman Van der Wijck.
Baca Juga:Beijing Kerahkan Kapal Patroli Maritim Raksasa Haixun 09 di Laut China SelatanKontroversi Putra Mahkota Arab Saudi Dituding Mantan Pejabat Intelijen Saudi Bunuh Raja Abdullah
Monumen Van Der Wijck ini berada di halaman kantor Perum Prasana Perikanan Samudra Cabang Brondong, yang berada di belakang gapura menuju Pelabuhan dan Tempat PeIelangan Ikan-Brondong, Lamongan.
Dalam paparan Ublik, keberadaan monumen ini memang tidak terlalu mencolok, dikarenakan tidak adanya papan nama atau keterangan yang menjelaskan apa sebenarnya bangunan tersebut. Bahkan kebanyakan orang mengira bahwa monumen tersebut merupakan bagian dari bangunan kantor Pelabuhan yang memang berada satu lokasi dengan keberadaan monumen tersebut.
Hal ini memang wajar karena bangunan berwarna putih kombinasi abu-abu ini agak sedikit tidak terawat. Selain itu, banyaknya kendaraan baik motor maupun mobil yang parkir di sekitar pelabuhan menutupi keberadaan monumen yang berada di samping Jalan Raya Brondong.
Di Monumen Van Der Wijck itu terdapat dua prasasti yang berada di dinding barat dan timur monumen. Prasasti itu terbuat dari pelat besi dan bertuliskan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia.
Adapun salah satu tulisan pada prasasti tersebut adalah “Tanda Peringatan Kapada Penoeloeng-Penoeloeng Waktoe Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck-DDO 20 October 1936”.
Keberadaan monumen ini juga mengandung makna sikap saling membantu kepada orang yang sedang mengalami kesusahan tanpa memandang status dan derajatnya. Apalagi pada masa itu Pemerintah Kolonial Belanda sedang dalam posisi menjajah, tetapi masyarakat tetap mau bergerak menyelamatkan para korban tenggelamnya Kapal Van der Wijck. (*)