BERITA-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wanti-wanti supaya kita waspada dengan kemungkinan datangnya cuaca ekstrem, terutama saat memasuki masa peralihan (pancaroba) dari kemarau ke musim hujan.
“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu 22 September.
Arah angin bertiup juga bisa berubah-ubah. Akibatnya berimbas pada kondisi cuaca, bisa tiba-tiba panas dan seketika turun hujan, atau sebaliknya.
Baca Juga:Sore Ini, Laka Maut Terjadi di Tol Trans Sumatera 4 TewasInilah Nama-Nama Korban Kecelakaan Maut Tol Cipali KM 74
Namun secara umum, kata akademisi UGM kelahiran 1964 ini, cuaca cerah akan terjadi di pagi hari diikuti tumbuhnya awan pada siang hari dan berakhir dengan hujan yang terjadi pada sore atau malam hari.
Awan Cumulonimbus (CB) akan tumbuh saat pagi menjelang siang membentuk seperti bunga kol yang memiliki warna ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Tetapi menjelang sore hari, awan itu berubah menjadi gelap yang dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
“Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” ucap Profesor Geologi Lingkungan dan Mitigasi Bencana ini.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem dapat mulai dirasakan masyarakat yang berada di wilayah Jabodetabek. Contohnya, telah terjadi hujan es yang disertai angin kencang terjadi di sekitar kota Depok dan menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya pada Selasa (21/9).
“Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut,” kata Guswanto.
Berdasarkan analisis citra satelit, cuaca ekstrem tersebut terjadi karena adanya pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat aktif terbentuk di sekitar wilayah Jabodetabek mulai siang hari hingga menjelang sore dan menyebabkan hujan dengan kategori sangat lebat.