PADA 1980, masyarakat pernah dihebohkan dengan kabar adanya Dana Revolusi senilai 450 juta dolar AS. Konon harta tersebut tersimpan di sebuah bank terkemuka di Swiss atas nama Mr. Soekarno.
Sontak simpanan yang nilainya hampir mencapai 3,9 triliun rupiah itu sempat menarik minat sejumlah menteri pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Namun setelah menjadi polemik cukup lama, kabar itu pun hilang dengan sendirinya.
Cerita tentang Dana Revolusi memang cukup panjang. Bila yang dimaksud Dana Revolusi adalah dana yang dihimpun di zaman Pemerintah Soekarno, maka dana itu memang ada. Karena pengumpulan dana memang terjadi.
Baca Juga:Kontroversi Abadi Harta Amanah SoekarnoSerangan Siber ke PDNS Bikin 120 Data di Instansi Terganggu, Salah Satunya Layanan Imigrasi dari Kemenkumham
Pada waktu itu terjadi pengumpulan dana yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Perpu ini antara lain mengatur kewajiban semua perusahaan negara menyetorkan sebagian dari keuntungannya kepada pemerintah.
Misalnya dalam harian Pikiran Rakyat edisi 1 Maret 1965 yang menyebutkan pembebanan sebesar Rp100.000 untuk setiap bal benang tenun yang diimpor dari China. Berita di surat kabar yang terbitan 23 Maret 1966 juga menyebutkan hal yang sama.
Tetapi sangat mustahil diketahui seberapa besar dana yang berhasil didapatkan melalui cara ini. Terlebih ketika itu administrasi masih sangat semrawut. Suhardiman, tokoh Golongan Karya menyebut dana itu tinggal 16 miliar dolar dalam bentuk mata uang asing dan emas.
Namun dirinya tidak dapat mengira-ngira deposito itu dalam bentuk apa, uang atau emas yang lebih banyak. Tetapi sebagian dananya yang dalam bentuk emas sudah terpendam selama 20 tahun, maka nilainya bisa berlipat-lipat menjadi 30 kali lipat.
“Selama kurun waktu itu, harga emas sudah naik 30 kali lipat. Ditambah lagi dengan bunga. Katakanlah, lima persen setahun,” ucapnya dalam Dana Revolusi: 20 Tahun Kemudian yang diterbitkan Tempo.
Mantan Menteri Negara Bidang Chusus Ekonomi, Bugi Supeno juga menyatakan bahwa Dana Revolusi bukan bualan, karena dia adalah pengumpulnya. Dirinya tercatat sebagai salah seorang menteri yang resmi ditunjuk oleh Bung Karno untuk memobilisasi dana.
Dalam pengakuannya, Bugi masih menyimpan surat keputusan penujukan. Surat itu bertanggal 10 Maret 1965. Maka, begitu mendengar mantan Wakil Presiden Sudharmono mengatakan bahwa Dana Revolusi tidak ada, dirinya pun bereaksi.