BERITA-Ekonom senior Faisal Basri mengungkapkan bahwa membanjirnya jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia, khususnya yang berasal dari China, tidak lepas dari siasat yang mereka lakukan untuk bisa tiba di Tanah Air.
Menurut dia, banyak diantara TKA itu masuk ke Indonesia dengan menggunakan visa kunjungan. Hal ini membuat pihak imigrasi merekam mereka sebagai turis dan bukan sebagai pekerja.
“Sebagian besar mereka memakai visa kunjungan,” ujarnya saat menjadi narasumber di saluran Youtube Refly Harun seperti yang dikutip pada Rabu, 28 Juli.
Baca Juga:Luhut Bilang TKA China yang Masuk ke Indonesia ‘Cuma’ 3.500 Orang, Faisal Basri: Sebulan Saja Bisa Sampai 1.000 OrangViral Hasil Swab Positif Covid-19 Jadi Bungkus Gorengan
Atas kondisi tersebut Faisal menduga bahwa jumlah TKA yang masuk ke Indonesia menjadi jauh lebih besar daripada yang didata oleh pemerintah.
“Ini memberikan keleluasaan bagi ribuan pekerja China setiap bulan (untuk masuk), ribuan,” tegasnya.
Faisal menambahkan, biasanya para TKA tersebut datang ke Indonesia untuk bekerja di sejumlah proyek nasional. Salah satu yang paling menonjol adalah bekerja di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah. Dia pun mengaku berhasil membongkar modus kedatangan tenaga kerja asing ini sehingga bisa luput dari pantauan masyarakat luas.
“Modusnya mereka masuk lewat Bandara Sam Ratulangi (Manado, Sulawesi Utara) dengan charter flight. Dari sini mereka ke Morowali dengan Wings Air. Itu (yang datang) ribuan setiap bulan. Kalau yang (diberitakan) 100 atau 200 (TKA) itu yang tertangkap media, namun media juga tidak bisa menangkap (memberitakan) semua yang masuk kesini,” kata dia.
Dalam catatannya, banyak diantara TKA tersebut masuk ke Indonesia dengan alasan bagian dari program strategis nasional, yakni pengolahan nikel untuk produk baterai mobil listrik.
Namun dalam kenyataannya, Faisal menyebut jika kehadiran tenaga kerja asing sebagian besar bertujuan untuk mengolah bahan tambang tertentu menjadi barang logam yang kemudian diekspor ke negara mereka sendiri (China).
Baca Juga:Kanker Paru Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia, Bukan Covid-19Ridwan Kamil Soal Makan 20 Menit: Ngos-Ngosan, Waktu Tersisa 3 Detik
“Mereka bisa masuk (bilang) atas nama proyek strategis nasional bikin baterai (mobil listrik), padahal sampai saat ini belum ada yang bikin baterai di Morowali. Nah, yang mereka lakukan adalah mengolah nikel yang sebagian besar diekspor lebih lanjut ke china,” jelasnya.