BERITA-Belum lama ini, tiga kerangka manusia yang ditemukan tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Kumitir, Mojokerto. Ketiga kerangka ini ditemukan di barat tempat pemakaman umum (TPU) Dusun Bendo.
Menurut keterangan Pakar Antropologi Forensik Universitas Airlangga (Unair) Dr Phil Toetik Koesbardiati, salah satu kerangka masih memiliki struktur yang utuh. Namun, satu kerangka lain sudah terlihat mulai hancur, meski struktur kerangka hingga kakinya masih lengkap.
“Kondisi rangka manusia sudah pecah-pecah, walaupun ada yang beberapa masih utuh. Penelitian masih sangat dasar, masih tahap menentukan ciri demografis,” jelas Toetik pada Kamis (25/3/2021).
Baca Juga:Kabar Tewasnya Polisi Terlapor Kasus Unlawful Killing, Kesaksian yang Dibawa MatiMantan Menkes Siti Fadilah Supari Ungkap Keanehan Keputusan Pemerintah Gunakan Vaksin Luar Negeri untuk Vaksinasi Massal
Dosen Antropologi Forensik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini juga melakukan pengamatan pada tulang panggul serta tengkorak. Satu kerangka dipastikan berjenis kelamin perempuan berusia antara 20-30 tahun dengan tinggi badan sekitar 141-152 sentimeter.
Toetik yang sudah ikut menggali di situs sektor C Kumitir ini menyebut kerangka perempuan ini ditemukan dalam kondisi unik karena posisinya tengkurap. Hingga kini belum diketahui alasan mengapa posisinya tengkurap.
Toetik dan rekan-rekannya pun melakukan analisis arkeothanatologi dan pengambilan sampel tulang pada telinga dan tangan untuk proses identifikasi lebih mendalam.
Hingga kini pihaknya belum berani memastikan apakah kerangka ini berasal dari zaman Kerajaan Majapahit atau bukan. Hal ini karena penemuan kerangka tersebut berlokasi di dekat TPU. Ditambah, secara fisik, orang-orang zaman Majapahit dan sekarang cenderung nggak jauh berbeda.
Proses penanggalan kerangka juga membutuhkan waktu dan biaya. Menurutnya, itu juga menjadi kendala utama para peneliti.
Jika ternyata kerangka tersebut terbukti dari Kerajaan Majapahit, tentu saja hal itu akan sangat berharga bagi ilmu pengetahuan karena bisa membuka tabir seperti apa kehidupan manusia pada zaman tersebut. (*)