BERITA-Target pemerintah Indonesia untuk memberi vaksin COVID-19 pada 180 juta warga negara (66,7% penduduk) berpotensi belum cukup untuk menciptakan kekebalan masyarakat atau herd immunity.
Kekebalan masyarakat atau herd immunity adalah kondisi ketika cukup banyak populasi kebal terhadap penyakit menular sehingga mereka dapat memberikan perlindungan pada semua penduduk termasuk yang belum kebal atau mereka yang tidak dapat membentuk kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Penentuan angka cakupan vaksinasi seharusnya didasarkan pada jenis vaksin yang digunakan, efikasi dari vaksin tersebut, serta varian galur virus yang dominan di daerah tersebut.
Baca Juga:Tilang Elektronik Diberlakukan, 244 Kamera 12 Polda, 21 Titik di Jawa BaratTotal Rugi Nasabah CSI Rp1,3 Triliun, Kapan Cair?
Hingga saat ini, terdapat setidaknya 3 jenis varian virus penyebab COVID-19, yang menimbulkan keresahan para ahli kesehatan dunia.
Varian B.1.1.7 yang ditemukan pertama di Inggris, telah terbukti lebih menular dan menyebabkan angka kematian 55% lebih tinggi.
Varian B.1.351 yang terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan memiliki potensi penularan antarindividu 30-80% lebih tinggi dibandingkan dengan galur murni.
Varian P.1 yang diidentifikasi di Brasil, terbukti 1.4–2.2 kali lebih menular dibandingkan dengan galur murni,
Semakin menular suatu infeksi dan semakin rendahnya efikasi vaksin, maka semakin tinggi cakupan vaksinasi yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan masyarakat.
Melihat perkembangan mutasi virus dan penyebarannya, maka untuk memastikan terwujudnya herd immunity, penentuan cakupan vaksin pada masyarakat seharusnya disesuaikan dengan varian virus yang dominan menyebar di masyarakat.
Dalam sebuah studi pemodelan, diketahui untuk dapat mencapai kekebalan masyarakat dibutuhkan setidaknya vaksinasi pada 69% populasi (dengan pemberian vaksin produksi Pfizer efikasi 94,8%) atau 93% populasi (dengan pemberian vaksin produksi Oxford-AstraZeneca efikasi 70,4%).
Baca Juga:Polemik AstraZeneca: Antara Pembekuan Darah dan Kandungan Turunan BabiPerusahaan Biofarmasi AstraZeneca Nyatakan Vaksinnya Tidak Mengandung Turunan Babi
Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan efikasi vaksin 90%, kekebalan masyarakat dapat dicapai dengan memvaksinasi 66% populasi. Namun, vaksin dengan efikasi kurang dari 70% tidak dapat mencapai kekebalan masyarakat dan dapat mengakibatkan terjadinya wabah yang berkelanjutan.
Hasil penelitian-penelitian ini dijadikan dasar pengambilan kebijakan cakupan vaksinasi di Australia. Di negeri Kanguru cakupan vaksinasi bukan suatu angka yang mutlak.
Dari hasil penelitian yang tergambar pada Tabel 1, dengan efikasi vaksin buatan Sinovac hanya 65,3%, setidaknya 70% warga Indonesia harus divaksin (mempertimbangkan jumlah populasi yang belum bisa divaksin seperti anak-anak).