BERITA-Isra Miraj menjadi salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram, Mekah ke Masjidil Aqsa Palestina dan kemudian menuju ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh pada malam hari.
Puncak dari Isra Miraj adalah Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat lima waktu. Perjalanan Nabi Muhammad SAW memang lebih menonjolkan aspek akidah dan ibadah. Namun peristiwa ini bisa diintegrasikan dengan aspek saintifik.
https://twitter.com/t_djamal/status/984719881558872064?s=20
Dari sisi sains, Isra Miraj memang memiliki daya tarik tersendiri untuk diteliti. Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin mengakui, Isra Miraj mengusik keingintahuan akal manusia untuk mencari penjelasan ilmu.
Baca Juga:Masya Allah, Dosa Diampuni Meski Sedang TidurSetelah Wahyu Diturunkan, Malaikat Jibril Tak Memiliki Pekerjaan?
“Aspek akidah dan ibadah berintegrasi dengan aspek ilmiah dalam membahas Isra Miraj. Inspirasi saintifik Isra Miraj mendorong kita untuk berpikir mengintegrasikan sains ke dalam akidah dan ibadah,” kata Thomas dalam sebuah artikel pribadinya.
Thomas mengungkapkan, Isra Miraj bukan perjalanan dengan pesawat terbang antarnegara dari Makkah ke Palestina dan penerbangan antariksa dari Masjid Al-Aqsha ke langit ke tujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Isra Miraj baginya adalah perjalanan keluar dari dimensi ruang-waktu. Soal bagaimana caranya, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat menjelaskan.
“Tetapi bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan keluar ruang-waktu dan bukan dalam keadaan mimpi, adalah logika yang bisa menjelaskan beberapa kejadian yang diceritakan dalam hadits shahih,” tulis Anggota Tim Tafsir Kauni Kementerian Agama-LIPI ini.
Thomas memaparkan, Isra Miraj sebagai perjalanan keluar dari dimensi ruang-waktu setidaknya memperkuat keimanan bahwa Isra Miraj lazim ditinjau dari segi sains tanpa perlu dipertentangkan. Thomas menjelaskan, manusia hidup di alam yang dibatasi oleh dimensi ruang-waktu. Ada tiga dimensi ruang (panjang, lebar dan tinggi) dan satu dimensi waktu. Tak heran bila manusia selalu berkutat pada jarak dan waktu.
“Dalam kisah Isra Miraj, Rasulullah bersama Jibril dengan wahana buraq keluar dari dimensi ruang, sehingga dengan sekejap sudah berada di Masjid Al-Aqsha. Rasul bukan bermimpi karena dapat menjelaskan secara detil tentang Masjid Al-Aqsha dan tentang kafilah yang masih dalam perjalanan,” tutur dia.