BERITA-Otoritas China menangkap pimpinan kelompok pemalsu vaksin Covid-19 beromzet miliaran rupiah. Kelompok ini memalsukan vaksin dengan bahan larutan garam dan air mineral.
Baca: Bagaimana Vaksin Jadi Kontroversial?
Pelaku bernama Kong dilaporkan telah mengumpulkan desain vaksin yang asli. Setelah itu, barulah dia membuat lebih dari 58.000 vaksin palsu.
Merujuk putusan pengadilan, Kong dan kelompoknya meraup keuntungan hingga 18 juta yuan (Rp38 miliar).
Baca Juga:Bus Nyemplung Sungai, 40 Penumpang Meninggal DuniaKapal Tongkang Bawa Lebih dari 700 Penumpang Karam, 60 Orang Tewas
Menurut keterangan penegak hukum di China, sejumlah vaksin palsu itu telah diselundupkan ke luar negeri. Namun mereka tidak tahu ke mana saja vaksin itu dijual.
Kong adalah satu dari 70 orang yang ditangkap otoritas China dalam kasus pemalsuan vaksin.
Sejauh ini setidaknya 20 kasus telah diusut. Pemerintah China sebelumnya berjanji menindak para pembuat vaksin palsu.
Meski sebagian besar kasus itu mencuat akhir tahun 2020, rincian perkara itu baru dirilis pekan ini.
Mereka memasukkan larutan garam atau air mineral ke botol kemasan vaksin. Itulah yang mereka jual sebagai vaksin Covid-19 sejak Agustus tahun lalu.
Kong dan kelompoknya mengirim 600 botol vaksin palsu itu ke Hong Kong November lalu. Setelahnya, vaksin palsu itu dijual ke luar negeri.
Menurut otoritas China, penjualan dilakukan lewat “orang dalam” di perusahaan yang memproduksi vaksin asli.
Baca Juga:Pecatan Polisi Ditangkap Gara-gara Maling HP, Alasan Nyuri?Kondisi Terkini, Ashanty Pakai Bantuan Selang Oksigen
Dalam kasus lain di China, vaksin palsu dijual dengan harga tinggi di rumah sakit.
Ada juga pelaku yang menggelar program vaksinasi. Mereka mengerahkan “dokter desa” untuk menyuntikkan vaksin palsu ke orang-orang di rumah dan mobil.
Kejaksaan Agung China mendesak lembaga di tingkat daerah bekerja sama dengan polisi untuk menghentikan penjualan vaksin palsu itu.
Pemerintah China sebelumnya menargetkan dapat memvaksinasi 100 juta orang sebelum Tahun Baru Imlek pekan lalu. Namun sejauh ini, angkanya baru mencapai 40 juta orang.
Kendati demikian, secara umum China dianggap berhasil mengendalikan pandemi lewat karantina wilayah, uji Covid-19 secara massal, dan pelacakan kasus yang ketat. (*)