JAKARTA – Para peneliti dari Universitas Justus Liebig Giessen Jerman mengungkap COVID-19 dapat mengganggu kualitas sperma dan mampu mengurangi kesuburan pria.
Dalam penelitian yang hadir dalam The journal Reproduction, peneliti menyebutkan COVID-19 dapat meningkatkan kerusakan sel sperma dan memicu stres berlebihan yang berpengaruh pada kesuburan pria.
“Temuan ini memberikan bukti eksperimen langsung pertama mengungkap bahwa sistem reproduksi pria dapat menjadi sasaran dan dirusak oleh COVID-19,” para peneliti menyimpulkan dikutip dari artikel Studie: Covid-19-Erkrankung könnte Spermienqualität beeinflussen, Sabtu, (30/1).
Baca Juga:Bulan Januari 2021, 3 Suara Dentuman Misterius: Buleleng, Majene dan Lampung TengahGempa Guncang Bengkulu, Ini Faktanya
Para peneliti dari Universitas Justus Liebig Giessen, Behzad Hajizadeh Maleki dan Bakhtyar Tartibian telah melakukan analisis selama 60 hari pada 84 pria yang mengidap COVID-19. Lalu, mereka membandingkannya dampaknya dengan 105 pria sehat.
“Efek pada sel sperma ini dikaitkan dengan kualitas sperma yang lebih rendah dan potensi kesuburan yang berkurang,” kata Maleki dalam sebuah pernyataan.
“Meskipun efek ini cenderung membaik dari waktu ke waktu, efek tersebut tetap secara signifikan dan abnormal lebih tinggi pada pasien COVID-19. Sistem reproduksi pria harus dianggap sebagai jalur yang rentan terhadap infeksi COVID-19 dan dinyatakan sebagai organ berisiko tinggi oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO,” tambah Maleki.
Alhasil, pasien COVID-19 menunjukkan penurunan tingkat kesuburan. Hal itu dikarenakan COVID-19 membuat pasien mengalami stres berlebihan yang dapat merusak DNA dan protein dalam tubuh.
Akan tetapi, para ahli lainnya mengomentari bahwa penelitian tersebut masih perlu dilanjutkan. Apalagi, kapasitas virus dapat mengganggu kesuburan pria belum tentu terbukti.
“Pria seharusnya tidak terlalu khawatir,” kata Alison Campbell, direktur embriologi CARE Fertility Group di Inggris.
“Saat ini tidak ada bukti pasti kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh COVID-19 pada sperma atau potensi reproduksi pria,” katanya kepada Science Media Center yang berbasis di London. (*)