LAMPUNG-Peneliti Institut Teknologi Sumatera (Itera) membenarkan bahwa batu yang ditemukan di Dusun 5, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, adalah batuan meterorid.
Baca: Mirip Batu Petir Ponari, Warga Lampung Ramai-Ramai Ambil Air Rendaman Batu Meteor
Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Itera, Robiatul Muztaba mengatakan berdasarkan ciri-cirinya, batu tersebut adalah batu meteorid.
Baca Juga:Pesawat AirAsia QZ712 Gagal Mendarat di Bandara Belitung, Kembali ke Bandara SoettaCirebon Gelap Gulita? Berikut Antisipasi Sebelum Pemadaman Listrik
“Ada bagian hitam pada batu tersebut akibat gesekan dengan atmosfer, ada proses pembakaran disana. Lalu adanya oksidasi dari kecahan batu dengan ciri berwarna kuning, ini menjukkan adanya kandungan hidrat,” kata Robiatul Muztaba, Jumat (29/1).
Kemudian saat dilakukan uji magnetik, batu tersebut memiliki magnet, atau mengandung besi setidaknya logam yang memiliki sifat magnetisme. “Berdasarkan kesaksian warga, batu tersebut ditemukan dalam kondisi yang hangat,” ujarnya.
Sementara untuk mengetahui kandungan batu lebih detail, peneliti Itera membawa sampel untuk nantinya diuji di dalam labolatorium agar terlihat unsur yang terkandung di dalam batu.
“Terkait unsur detailnya nanti kita akan coba analisa di labolatorium, mungkin butuh waktu sekitar 1 minggu. Semoga saja prosesnya bisa cepat, sehingga kita bisa tahu unsur yang terkandung didalamnya seperti apa,” kata dosen Teknik Geologi, Danni Gathot Harbowo.
Lanjutnya, dikhawatirkan adanya radioaktif dalam batu tersebut karena saat proses jatuh terkena panas, dan tekanan yang mana bisa mengaktifkan unsur radioaktif. “Makanya kita coba cek, untuk mengantisipasi penyalagunaanya, apalagi sampai digunakan untuk konsumsi,” ujarnya.
Menurutnya, ini adalah sebuah fenomena yang langka dan desa ini beruntung bisa mendapatkan batu meteorid. Jika terjadi fenomena yang sama ia berpesan jangan panik, sampaikan kepada peneliti terdekat agar bisa memberikan infomasi dengan baik.
“Saya belum bisa menyimpulkan apakah ada radioaktifnya atau tidak, kita antisipasi saja sampai nanti keluar hasil labotaroriumnya, nanti kita kabarkan. Kalaupun nanti ada, penggunaanya tidak untuk dikonsumsi, mungkin nanti ada penanganan khusus sehingga tetap bisa menjadi keunikan,” jelasnya. (*)