KUPANG — Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mencatat sekitar 800 ekor ternak babi milik warga mati akibat virus african swine fever (ASF) atau demam babi Afrika. Kejadian serangan ASF ini muncul sejak November 2020.
Baca: China Temukan Strain Baru Flu Babi Afrika, Penyebabnya Adanya Penggunaan Vaksin Terlarang
“Puncaknya sejak 21 Desember 2020 hingga sekarang ini,” kata Kepala Dinas Peternakan Lembata Kanisius Tuaq, dikutip dari Antara, Jumat (22/1).Ia menjelaskan 800-an ekor babi milik warga yang mati dipastikan terserang virus ASF berdasarkan hasil uji laboratorium Bala Besar Veteriner Denpasar di Bali. Ternak babi mati setelah mengalami gejala seperti kemerahan pada bagian telinga, perut, dada, diare berdarah, serta tiba-tiba terlentang, kesulitan bernafas dan tidak mau makan.“Mengenai upaya penanganan, Kanisius menjelaskan dilakukan dengan pencegahan serta penanganan bangkai babi.Kanisius mengatakan sebelumnya banyak bangkai babi sembarangan sehingga membuat penyebaran virus ASF semakin meningkat. Warga membuang bangkai di kali atau sekitar pantai dan laut sehingga penyebaran virus semakin meluas.Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah sudah mengambil alih dengan mengumpulkan bangkai babi untuk dikuburkan secara teratur pada lahan yang sudah disediakan.Ia mengimbau agar masyarakat atau peternak di daerah itu agar juga melakukan langkah-langkah pencegahan di antaranya memperhatikan pakan babi maupun menjaga kebersihan lingkungan kandang dan sekitarnya. (*)