Secara bertahap, pesawat terus mengalami peningkatan ketinggian sejak lepas landas. Ketinggian penerbangan yang aman umumnya disepakati berada di 35.000 kaki.
Semakin tinggi, udara makin makin tipis sehingga memungkinkan pesawat mampu bergerak lebih cepat. Bahan bakar pun lebih irit karena pesawat tak membutuhkan tenaga dorong besar untuk melawan hambatan udara.
Dilansir dari The Telegraph, titik terbang terbaik ada di ketinggian 35.000 sampai 42.000 kaki. Ketinggian ideal ini terkait dengan bobot pesawat yang terbang. Biasanya, pesawat dengan bobot yang tinggi akan terbang lebih rendah, dan pesawat yang ringan akan terbang lebih tinggi.
Baca Juga:Jokowi Jengkel Soal Kasus Impor Gula dan Kedelai, Rizal Ramli: Please deh, Jangan Terlalu Banyak DramaBeredar Rekaman Percakapan Pilot Sriwijaya Air-182, Faktanya
“Setiap pesawat memiliki ketinggian optimal (untuk biaya minimum atau pembakaran bahan bakar minimum) yang akan didasarkan pada bobotnya,” jelas Peter Terry, pilot maskapai penerbangan komersial yang berpengalaman terbang selama 30 tahun.
Terbang di ketinggian ribuan kaki juga bisa berarti menghindari cuaca buruk. Ini karena Troposfer, lapisan atmosfer yang paling dekat dengan tanah, adalah rumah bagi sebagian besar terbentuknya fenomena cuaca. Pesawat memilih terbang di zona lapisan Stratosfer yang gangguan cuacanya lebih sedikit.
Lantas, bisakah pesawat terbang dengan ketinggian minimum alias rendah? Bisa saja, tetapi ada hukum yang mengatur soal batas terendah yang aman untuk dilalui pesawat terbang. Pesawat dilarang terbang menjelajah dengan ketinggian di bawah 1.000 kaki. Aturan ini telah disepakati oleh badan penerbangan di seluruh dunia.
Pasalnya, kebisingan mesin pesawat akan terdengar lebih keras jika pesawat terbang di ketinggian rendah. pada ketinggian minimum, pesawat juga rentan menabrak bangunan-bangunan tinggi seperti menara dan gedung pencakar langit hingga gunung. (*)