JAKARTA- Sebelum pesawat ditemukan, telah berabad-abad manusia mengkhayal bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui udara, sebagaimana diabadikan oleh riwayat mitologi kuno, agama, dan cerita rakyat. Namun, selama berabad-abad pula terbang tampak mustahil.
Baca: Analisis Penerbangan AS: Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Bukan Akibat Cacat Desain
Dalam perjalanannya, kemustahilan itu pelan-pelan dimentahkan. Pada abad ke-9, Abbas Ibnu Firnas membikin glider sederhana menyerupai sayap burung dari kayu. Pada abad ke-15, Leonardo Da Vinci menggambar desain alat yang dapat meluncur di udara. Pada awal abad ke-20, Orville dan Wilbur Wright menerbangkan sebuah pesawat bermesin sejauh empat mil. Sejak temuan Wright bersaudara, manusia yang terbang bukan lagi sebuah mitos.
Baca Juga:Jokowi Jengkel Soal Kasus Impor Gula dan Kedelai, Rizal Ramli: Please deh, Jangan Terlalu Banyak DramaBeredar Rekaman Percakapan Pilot Sriwijaya Air-182, Faktanya
Model pesawat Wright Bersaudara berjenis pesawat bersayap ganda atau biplane. Dilansir dari blog The University of Melbourne, sayap pada pesawat tersebut melengkung dan mampu mendorong udara ke bawah sehingga menghasilkan gaya reaksi dari udara untuk mendorong sayap ke atas dalam magnitudo yang sama. Prinsip kerja ini sejalan dengan hukum gerak ketiga yang dicetuskan Isaac Newton pada 1665. Temuan pesawat bermesin itu mengawali tonggak sejarah baru dunia kedirgantaraan.
Lebih dari seratus tahun berlalu sejak penerbangan perdana Wright Bersaudara, pesawat modern tetap membutuhkan dua hal yang tidak berubah: dorongan dan daya angkat.
Dorongan adalah gerak maju yang disokong kinerja baling-baling atau mesin jet. Letak mesin bervariasi, tergantung dari jenis pesawat. Ada yang berada di bawah sayap, misalnya di banyak pesawat komersial, atau di belakang seperti jenis pesawat tempur F-16.
Daya angkat membikin pesawat terangkat meninggalkan daratan. Sebagian besar daya angkat pesawat dihasilkan lewat sayap. Besarnya daya angkat pesawat tergantung pada beberapa faktor, yakni bentuk, ukuran, dan kecepatan pesawat. Setiap bagian tubuh pesawat memberikan kontribusi pada gaya angkat pesawat.
Daya angkat pesawat berkaitan dengan prinsip Bernoulli dalam ilmu fisika. Semakin cepat gas (dalam hal ini adalah udara) bergerak, maka semakin rendah pula tekanan yang diberikan. Ini terjadi di sekitar sayap pesawat. Tekanan terhadap tepi atas sayap jauh lebih rendah dibanding tekanan di tepi bawah sayap dan menyebabkan pesawat bisa menggantung di angkasa.