https://twitter.com/bbcmundo/status/1343836870015393792?s=20
“Mossad hampir tidak pernah menyatakan bertanggung jawab atas operasi-operasi semacam ini,” kata Zimmt kepada BBC Mundo dikutip berita.radarcirebon.com, Minggu (4/1).
Ia mengatakan jika Mossad mengaku bertanggung jawab, maka pengakuan ini akan memicu “tindakan balas dendam yang terlegitimasi”.
“Namun tentu saja, untuk hal-hal yang terkait dengan Iran dan operasi rahasia di negara tersebut, terutama soal program nuklir, tak banyak negara yang punya kepentingan,” jelas Zimmt.
Baca Juga:Serangan Bersenjata, 11 Orang Minoritas Syiah Tewas di PakistanBio Farma Bantah Rumor Soal Label Kemasan Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac
“Jadi, biasanya (tuduhan melakukan operasi rahasia dituduhkan) ke Mossad, CIA, atau kerja sama antara keduanya,” kata Zimmt.
Richard Maher, guru besar keamanan internasional di Univesity College Dublin, Republik Irlandia, sependapat dengan analisis Zimmt. Ia mengatakan konsensus yang disepakati adalah
“Israel berada di belakang pembunuhan-pembunuhan ini”.
“Mungkin Amerika tak berperan,” kata Maher kepada BBC Mundo.
Dokumen yang dicuri dari Iran diklaim memuat informasi bahwa Fakhrizadeh adalah direktur AMAD, proyek rahasia untuk mengembangkan senjata nuklir, yang semestinya dibekukan oleh Iran pada 2003.
Baca: Disebut Israel Otak Program Nuklir Iran, Siapa Sosok Mohsen Fakhrizadeh?
Zimmt mengatakan “AMAD dilanjutkan di belakang layar, yang membuat kemampuan Iran mengembangkan senjata nuklir mengalami kemajuan yang signifikan”.
Karena itulah, kata Zimmt, Iran bisa meninggalkan kesepakatan nuklir dengan AS. Situasi ini membuat Israel “mengambil tindakan dengan tujuan mengganggu program nuklir Iran”.
Beberapa kalangan mengatakan sudah sejak lama “Mossad dan CIA ingin menggagalkan program nuklir Iran melalui operasi-operasi rahasia”.
Baca Juga:Temuan Drone Laut Milik China, Bakamla: Belum Punya Sensor Bawah LautSoal Drone Laut Tiongkok, Legislator: Terlepas Apakah Ada Hubungan Bilateral Ekonomi, Jangan Loyo Pada China
Maher, yang menulis artikel ilmiah di Journal of Strategic Studies, mengklaim bahwa operasi rahasia oleh Israel dimulai pada awal 2000-an.
“Mereka mencoba melakukan sabotase pada rantai pasok yang biasanya diandalkan Iran untuk mendapatkan sentrifugal dan peralatan lain untuk program nuklir,” kata Maher.
Ia mengatakan Iran mendapatkan peralatan “di pasar gelap” dan dilakukan secara diam-diam. “Iran harus menggunakan saluran-saluran sekunder… karena itulah Amerika Serikat dan negara-negara lain melakukan sabotase pada rantai pasok, dan untuk beberapa kasus, sabotase ini berhasil,” katanya.
Selain melakukan operasi rahasia dan sabotase, Israel dan AS juga diyakini “bekerja sama mengembangkan program jahat komputer Stuxnet, yang pernah digambarkan sebagai malware terbesar dan paling mahal”.