Shahaf menegaskan bahwa sejak penandatanganan Abraham Accords antara Israel dan negara-negara Teluk Persia di Bahrain dan UEA, ia melihat lonjakan minat dari perusahaan-perusahaan Indonesia terkait kerja sama dengan Israel.
https://twitter.com/PresidentRuvi/status/1309173626059583488?s=20
“Tampaknya ada tekanan dari pemerintah AS agar negara-negara Muslim ikut serta,” ujar Shahaf. Ia mencatat bahwa “Maroko memiliki satu hal yang sangat mereka inginkan, yakni pengakuan AS atas Sahara Spanyol. Selalu ada sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Meskipun dengan mempertimbangkan semua hal, Indonesia bukanlah negara yang tidak mungkin menyerah pada tekanan seperti itu kecuali berada di titik lemah, yang mungkin sekarang disebabkan oleh pandemi COVID-19.”
Salah satu perkembangan yang benar-benar bisa mendorong Indonesia untuk membuka diri terhadap Israel adalah pengakuan diplomatik negara Israel itu oleh pemerintah Arab Saudi, menurut laporan The Times of Israel.
https://twitter.com/TimesofIsrael/status/1341902540741304320?s=20
Baca Juga:Ledakan Bom Mobil Natal Nashville, Kemenlu: Tidak Ada WNI yang Jadi KorbanSatgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalbar Larang Terbang AirAsia Imbas Temuan Penumpang Covid
“Dengan pengumuman normalisasi hubungan antara UEA dan Israel, kami di Israel-Asia Center melihat pergeseran keterbukaan yang hampir langsung dari Indonesia,” tandas Zeffert. “Jika Arab Saudi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, itu akan sepenuhnya mengubah percakapan di Indonesia.”
Meski begitu, Zeffert tidak mengharapkan peresmian Kedutaan Besar Israel di Jakarta dalam waktu dekat. Menurutnya, hal lain yang lebih mungkin adalah perbaikan hubungan secara bertahap dari waktu ke waktu dan lebih banyak keterbukaan oleh Indonesia terhadap ikatan bisnis.
Gilad Majerowicz adalah mitra di firma hukum terbesar Israel Herzog Fox & Neeman. Sebagai salah satu kepala praktik HFN Asia, ia melihat “peluang besar” bagi perusahaan Israel di Indonesia setelah terjalinnya hubungan bilateral, khususnya di bidang agroteknologi, perawatan kesehatan, dan keamanan siber.
“Saya telah bertemu dengan para pengacara Indonesia di berbagai konferensi. Setidaknya satu firma telah menghubungi saya baru-baru ini. Telah ada bisnis antara kedua negara selama bertahun-tahun hingga kini di bawah radar, hal yang sama terjadi dengan UEA. Dalam hal itu, normalisasi akan membuat hubungan tersebut lebih sah dan tidak lagi rahasia.”