JAKARTA-Seorang komentator, menurut media Turki T24, mengatakan bahwa Turki bisa “memasuki Tel Aviv dalam 48 jam”. Dia mengklaim, “kami tidak seperti orang Arab,” sebuah rujukan nyata pada ketidakmampuan tentara Arab untuk mengalahkan Israel pada 1948 dan 1967, Jerusalem Post melaporkan.
https://twitter.com/Jerusalem_Post/status/1339146297761214468?s=20
Komentar seperti itu di televisi Turki bukan hal aneh, tulis News.am. Kebencian terhadap Israel dan sumpah untuk menghancurkan Israel, menginvasi Yerusalem, “membebaskan Al-Aqsa”, dan menyebarkan komentar ekstrem nasionalis anti-Zionis atau antisemit, telah menjadi semakin normal di Turki.
Sebagian besar jurnalis yang mengkritik partai yang berkuasa di Turki telah dibungkam, dipaksa meninggalkan negara itu, atau dipenjara. Turki dianggap sebagai penjara jurnalis terbesar di dunia di bawah Partai AK.
Baca Juga:Bareskrim Polri Ungkap 6 Laskar FPI Masih Berstatus Terlapor Belum TersangkaJadi Perhatian Internasional, Markas FPI Disambangi Perwakilan Kedubes Jerman
Pada Maret 2018, sebuah harian Turki juga menyarankan agar Turki membentuk pasukan Islamis untuk menghancurkan Israel. Pada 2019, menurut MEMRI, pensiunan jenderal Turki bernama Adnan Tanriverdi yang mengepalai perusahaan konsultan SADAT juga berbicara tentang perlunya membebaskan Yerusalem dari Israel.
“Dunia Islam harus menyiapkan tentara untuk Palestina dari luar Palestina. Israel harus tahu bahwa jika membom (Palestina), sebuah bom akan jatuh di Tel Aviv juga.”
Tampaknya pandangan ini telah menjadi arus utama di partai yang berkuasa di Turki. Israel dipandang sebagai musuh utama Turki. Di luar negeri, Turki bekerja dengan beberapa pelobi di Washington untuk mencoba membuat media menampilkan negara itu dalam citra yang lebih disukai, dan bahkan mencoba memengaruhi beberapa media Israel dengan cerita palsu tentang “rekonsiliasi”.
Namun, utusan baru Turki untuk Israel mengatakan bahwa Zionisme adalah rasisme, dan menuduh Israel menggusur jutaan orang dan melakukan “banyak pembantaian”. Kantor Turki Recep Tayyip Erdogan telah berjanji untuk “membebaskan Al-Aqsa” dan menyatakan bahwa “Yerusalem adalah milik kita”, catat News.am.
Di saat yang sama, meningkatnya retorika kebencian terhadap minoritas, non-Muslim, Israel, Yunani, Mesir, UEA, dan lainnya di kawasan itu, juga menyasar semua kelompok oposisi di Turki. Sebuah gambar di televisi Turki menunjukkan logo partai oposisi HDP diubah untuk memasukkan granat dan peluru alih-alih warna logo biasa, cara bagi partai yang berkuasa di Turki untuk menghasut melawan oposisi dan menyebut mereka teroris.