Sementara itu, laporan intelijen tahunan negara mengakui aktor intelijen beroperasi dengan baik di Austria dan bertentangan dengan kepentingan Austria karena jaringan bisnis lokal ditambah akses mudah ke Uni Eropa dan organisasi multinasional. Ikatan semacam itu menjadi salah satu alasan Wina sering ditampilkan dalam novel spionase Le Carre, seperti A Perfect Spy.
Perannya bisa semakin dalam jika Biden lebih sukses dari Donald Trump untuk membuat Kim setuju mengurangi persenjataan nuklirnya. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang berbasis di kota itu pasti akan memainkan peran dalam memastikan Korea Utara mematuhi janjinya.
Untuk melaksanakan tugas pembekuan sistem nuklir Korea Utara, diperlukan kontak yang dekat dan intens. Tim IAEA pun perlu melakukan penutupan laboratorium, reaktor dan lokasi produksi bahan fisil, serta memasang peralatan pemantauan di salah satu negara paling rahasia di dunia itu. Selain berpotensi mengizinkan tim IAEA masuk ke Korea Utara, ikatan ini memungkinkan lebih banyak pejabat Korea Utara bepergian rutin ke Wina.
Baca Juga:Geledah Kantor Kemensos, 2 Rumah Tersangka dan Sita Dokumen Terkait Bansos Covid-19Temukan Persoalan Utama, KPK Sebut Akurasi Data Penerima Bansos
“Setelah kesepakatan politik dicapai di antara negara-negara terkait, badan tersebut siap untuk kembali ke Korea Utara,” kata IAEA dalam laporan bulan September.
Kota-kota di Eropa dengan misi Korea Utara, seperti Jenewa dan Stockholm, kerap dijadikan tuan rumah pertemuan antara perwakilan AS dan Korea Utara. Pada bulan Maret, Kim menunjuk Choe Kang-il, salah satu pakar top urusan AS, menggantikan pamannya, Kim Kwang Sop, sebagai duta besar untuk Wina.
Para pejabat tinggi lainnya, termasuk anggota sekretariat pribadi rahasia yang punya hubungan langsung dengan keluarga Kim, juga telah berkunjung ke Austria. menurut pejabat intelijen, negara itu merupakan surga belanja mereka dan melakukan pengadaan ilegal.
Menurut PBB, Korea Utara menggunakan kedutaan dan misi luar negerinya untuk kegiatan ilegal demi meraup pendapatan ilegal. Kegiatan itu mencakup perdagangan barang mewah yang dilarang berdasarkan sanksi dan pengadaan peralatan terlarang yang penting untuk program nuklirnya. Korea Utara telah menghasilkan miliaran dolar setahun dengan menjual narkoba, menjual senjata, memalsukan mata uang, dan mengeksploitasi pekerja tamu, kata Jaringan Internasional untuk HAM Pekerja Luar Negeri Korea Utara.