PENULIS novel laris spionase, John le Carre, kerap menempatkan mata-matanya di Wina, begitu juga dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Dilansir dari Bloomberg, ibu kota Austria ini telah lama menjadi pusat penyelundupan bagi rezim Korea Utara yang mendapat sanksi berat. Wina juga menjadi pintu gerbang ke Eropa bagi sejumlah ‘hantu’ yang bermarkas di benua itu.
Kota tersebut pun akan menjadi semakin penting bagi Pyongyang jika Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden meyakinkan Kim untuk mempertimbangkan kembali program senjatanya. Pasalnya, sebagai rumah bagi pengawas nuklir tertinggi, yaitu PBB, Wina berpotensi memainkan peran pemantauan.
Baca Juga:Geledah Kantor Kemensos, 2 Rumah Tersangka dan Sita Dokumen Terkait Bansos Covid-19Temukan Persoalan Utama, KPK Sebut Akurasi Data Penerima Bansos
Seorang pejabat tinggi intelijen Barat yang tahu banyak soal jaringan spionase Korea Utara memberikan gambaran yang jelas tentang aktivitasnya di Eropa. Salah satunya adalah adanya 10 agen Kementerian Keamanan Negara. Setidaknya satu agen beroperasi secara rutin di Wina, menurut pejabat itu.
Selain mengumpulkan informasi dasar, misi utama agen adalah mengawasi kedutaan dan diplomat rezim itu sendiri. Mereka juga mengawasi operasi pengadaan ilegal, menyelidiki orang hilang, dan menangkap kader yang dipanggil pulang.
Menurut pejabat intelijen tersebut, Austria adalah pusat kegiatan itu, meski Swiss lebih sering dipilih keluarga Kim untuk dikunjungi atau sekolah. Hubungan antara Austria dan Swiss bagi Korea Utara pun belum diketahui.
Di masa sulit, operasi Korea Utara di Austria dan tempat lain di Eropa menjadi semakin penting bagi Kim lantaran negaranya berjuang di bawah sanksi. Perekonomian Korea Utara tahun ini menuju kontraksi terbesarnya dalam lebih dari 2 dekade, menurut Fitch Solutions. Sebagian disebabkan oleh keputusan Kim menutup perbatasan selama pandemi virus corona. Selain itu, bencana alam, termasuk banjir, menyapu lahan pertanian.
Perdagangan Korea Utara dengan China, mitra ekonomi terbesarnya, menyusut 73 persen hingga September dan akan turun sampai 80 persen untuk tahun ini, menurut Asosiasi Perdagangan Internasional Korea. Kim juga memperingatkan jajaran pemimpin partai bahwa negara itu menghadapi tantangan yang tak terduga dan tak terhindarkan.
Selama bertahun-tahun, Austria telah menjadi sumber barang yang tak dapat diimpor secara legal oleh rezim, termasuk pistol Glock dan trem yang ditumpangi Kim bersama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 2018. Menurut seorang juru bicara Kementerian Dalam negeri Austria, badan tersebut tak dapat mengomentari kasus atau operasi tertentu karena alasan hukum. Kementerian yang mengawasi badan intelijen domestik mengklaim menyelidiki kejahatan apa pun yang merugikan Austria.