Dukungan-dukungan kepada kubu-kubu tertentu yang memiliki pengaruh politik merupakan salah satu metode yang digunakan FPI untuk masuk ke dalam politik praktis. Meskipun FPI atau tokoh-tokohnya tidak terjun langsung menjadi politikus, namun kedekatan dengan aktor-aktor politik sangat berguna khususnya untuk melindungi sepak-terjang FPI yang seringkali melanggar hukum.
Contoh dukungan FPI kepada aktor-aktor politik terlihat saat FPI masuk ke dalam unsur-unsur milisi sipil yang dimobilisasi untuk mendukung presiden B.J Habibie menjelang Sidang Umum MPR pada tanggal 14-21 Oktober 1999.
Dalam peristiwa ini, FPI bergabung dengan ormas-ormas Islam seperti KISDI (Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam), Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK), Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan lain sebagainya untuk mendukung presiden B.J. Habibie yang dianggap memiliki kesamaan ideologis dengan mereka.
Baca Juga:Mantan Waka BIN: Penguntitan sampai Berujung pada Aksi Kekerasan Apalagi Pembunuhan, Berarti Ada Misi LainPropam Awasi Personel, Mabes Polri Ambil Alih Kasus Penembakan 6 Pengawal Habib Rizieq Shihab
Dukungan FPI terhadap figur politik nasional juga ditunjukkan saat pemilu 2004. Saat itu FPI kembali mendukung Wiranto sebagai calon presiden bahkan mengirimkan dai-dai ke daerah-daerah untuk mendiskreditkan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pesaing terberat Wiranto.
Wiranto kala itu memang tak berhasil menang melawan Yudhoyono, tapi FPI sendiri terus berkembang. Mereka mampu menjadi amplifier isu sekaligus mengerahkan massa. (*)