“Anda masih bisa pergi keluar menjelang Natal dan berkata, ‘Wow, kedua planet itu benar-benar dekat satu sama lain, dan biasanya tidak.’ Ini adalah salah satu waktu yang langka ketika keagungan tata surya muncul dengan sendirinya ke mata telanjang.”
Tapi pertemuan planet seperti itu tidak selalu disambut baik. Di zaman kuno, orang menganggap sejajarnya planet sebagai pertanda buruk atau pertanda bencana, kata Profesor Malhotra.
“Ada alasan untuk takut bahwa para dewa bersekongkol ketika mereka semakin dekat di langit malam,” katanya. “Ini mungkin memiliki arti yang tidak menyenangkan bagi orang-orang di Bumi.”
Baca Juga:Media Asing Soroti Insiden Penembakan 6 Pengawal Habib Rizieq ShihabGanjar Pranowo Minta Warga Jawa Tengah Lapor Jika Temukan Indikasi Tipikor Bansos Covid-19
Konjungsi adalah hasil dari jalur orbit Jupiter dan Saturnus menjadi segaris, jika dilihat dari Bumi. Jupiter mengorbit matahari setiap 12 tahun dan Saturnus setiap 29 tahun. Meskipun kedua planet tampak berdekatan, kedua planet sebenarnya tidak sedekat itu. Faktanya, jarak mereka akan lebih dari 400 juta mil.
“Jupiter dan Saturnus akan muncul sebagai dua bintang yang berkelana yang berada tepat di atas satu sama lain,” kata Profesor Batygin. “Jika Anda menunggu cukup lama, itu pasti akan terjadi, karena jalur orbitnya berpotongan. Tapi itu tidak sering terjadi.”
Beberapa orang menyebut fenomena konjungsi sebagai bintang Natal karena kedatangannya sekitar hari libur. Pada hari-hari sebelum dan sesudah 21 Desember, segera setelah hari gelap di luar, semua orang harus pergi keluar dan melihatnya. (*)