Studi terbaru yang dikutip BBC melaporkan, banyak yang menderita efek jangka panjang dan melemahkan. Penelitian itu memeriksa gejala dari sekitar 40 pegawai pemerintah.
“Komite merasa bahwa banyak tanda, gejala, dan pengamatan yang khas dan akut yang dilaporkan oleh pegawai. Konsisten dengan efek energi frekuensi radio (RF) yang diarahkan dan berdenyut,” tulis laporan tersebut.
Penelitian itu juga mencatat sudah ada studi di Rusia era Uni Soviet tentang efek gelombang berdenyut, akibat paparan gelombang radio terus menerus. Dikatakan juga bahwa personel militer di negara-negara komunis Eurasia pada waktu itu terpapar radiasi non-termal.
Baca Juga:Meski Sudah Tiba di Indonesia, Jokowi: Vaksinasi Tetap Menunggu Izin dari BPOMPastikan Program Vaksinasi Serentak Belum Bisa Dilakukan, Begini Kata Jokowi
Bukan cuma di Kuba, diplomat AS juga pernah melaporkan gejala seperti itu di Guangzhou, China pada 2018. Pemerintah AS bahkan menarik beberapa stafnya setelah mereka melapor telah merasakan sensasi suara dan tekanan halus tapi tidak normal. Sementara seorang pejabat AS didiagnosis mengalami trauma otak ringan setelah kejadian tersebut. (*)