MEMASUKI masa pandemi COVID-19, ekonomi dunia dan Indonesia kian rontok. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kini minus. Demikian juga dengan daya beli masyarakat yang kian lesu.
Perekonomian Indonesia saat ini tinggal beberapa jengkal menuju resesi akibat terdampak Corona. Kementerian Keuangan memproyeksikan perekonomian nasional berada di kisaran minus 2,9% sampai minus 1% di kuartal III-2020.
Sementara untuk proyeksi seluruh tahun 2020, Kementerian Keuangan menyebut berada di kisaran minus 1,7% sampai minus 0,6%. Pemerintah tidak kaget melihat laju perekonomian nasional menurun akibat pandemi Corona.
Baca Juga:Menteri Sosial Juliari Batubara Diduga Terima Fee Rp 10.000 Per Paket Sembako dari Nilai Rp 300.000 per Paket BansosSiapa Juliari Batubara, Diduga Terima Suap Pertama Rp8,2 Miliar Tunai dari Dana Bansos Covid-19 Jabodetabek
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengungkapkan pemerintah sudah mengetahui ekonomi Indonesia bakal menurun sejak awal Maret atau saat pandemi Corona resmi masuk tanah air.
“Kalau kita bayangkan ekonomi ini dalam tekanan, secara hitung-hitungan ekonomi kita sudah membayangkan hal ini sejak Maret lalu. Kasus pertama pada awal Maret, sejak Februari ketika kasus ini sudah menekan di Tiongkok dan beberapa negara Eropa seperti Italia,” kata Suahasil saat menjadi pembicara kunci di acara Seminar Nasional Sinergi Pengawasan APIP-SPI-APH secara virtual, Jakarta, Selasa (29/9/2020).
Suahasil mengatakan, ketika pandemi Corona masuk tanah air maka pemerintah sudah membayangkan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. Salah satu dampak yang paling terasa adalah pendapatan negara yang turun akibat kegiatan ekonomi yang terbatas.
“Ketika Maret Indonesia akan terkena dan sekarang kena, pada saat itu pula kita berfikir yang namanya anggaran negara menjadi tulang punggung, APBN kita terkena dampak, kena imbas, seperti apa imbasnya kalau kegiatan eko turun maka penerimaan negara turun, ini dialami APBN dan APBD, semua kegiatan ekonomi turun,” jelasnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Suahasil mengungkapkan pemerintah berupaya meningkatkan jumlah anggaran belanja negara melalui pelebaran defisit APBN. Dengan melebarnya defisit, maka ruang pemerintah menarik pembiayaan utang lebih luas lagi untuk memenuhi kebutuhan penanganan COVID-19.
Mantan Kepala BKF ini mengungkapkan, defisit APBN melebar lebih dari 3% hingga tahun 2022. Pada tahun ini, defisit anggaran berada di level 6,34% terhadap produk domestik bruto (PDB).
“Kalau terjadi defisit, Indonesia sangat terkenal dalam sejarah yang pengelolaan APBN sangat disiplin mengenai defisit, selalu di bawah 3%, kita lakukan hal ini sejak UU Keuangan Negara tahun 2003,” ujarnya.