China saat ini memiliki lima kandidat vaksin virus corona yang sudah mencapai uji klinis fase 3. Fase terakhir uji coba telah diluncurkan di setidaknya 16 negara termasuk Brazil, Turki, Maroko, dan Uni Emirat Arab (UEA).
“Alasan China menginginkan informasi ini melibatkan dominasi industri bioteknologi yang sangat penting bagi mereka,” kata Chang.
“Mereka memasukkannya ke dalam inisiatif ‘Made in China 2025’,” paparnya. “Yang merupakan program selama satu dekade untuk mendominasi industri tertentu.”
Baca Juga:Protes Keras, Indonesia Panggil Dubes Inggris Terkait Aksi Benny WendaBikin Malu Korps Bhayangkara, Oknum Polisi Bobol Mesin ATM BCA
Alasan kedua, lanjut Chang, adalah sesuatu yang jauh lebih mengerikan. “China mungkin mencoba mengembangkan penyakit yang menargetkan tidak hanya semua orang, tetapi (juga) hanya menargetkan kelompok etnis atau ras tertentu,” imbuh dia.
Menurut Chang, data genetik memberi China kemampuan untuk membuat senjata biologis yang dapat menargetkan kelompok orang tertentu. Lebih lanjut, dia mengatakan perilaku negara dalam mengumpulkan DNA orang asing sambil melarang DNA China untuk peneliti asing mendukung teori ini.
“Kita harus sangat prihatin karena itu tidak konsisten dengan negara yang ingin bekerja sama dengan seluruh dunia. Itu sesuai dengan negara yang mengembangkan senjata biologi,” kata Chang mengingatkan publik internasional.
“Orang-orang mengatakan senjata biologis tidak berfungsi. Ya, kami tahu mereka bekerja karena kami mengidap virus corona, yang mungkin atau mungkin bukan senjata biologis,” jelas Chang. “Tapi kami tahu bahwa itu melumpuhkan Amerika Serikat dan itulah yang sebenarnya dicari Beijing.”
Sekarang China telah memiliki bukti konsep, Chang mendesak Amerika Serikat untuk bertindak cepat dan mencegah negara adidaya itu mendapatkan lebih banyak DNA Amerika.
“Kami seharusnya tidak mengizinkan organisasi yang berafiliasi dengan China atau China untuk menguji DNA orang Amerika. Dan kami harus mengatakan kepada China, apakah Anda setuju dengan rezim inspeksi atau kami menarik diri dari konvensi senjata biologis.”
China membantah tuduhan bahwa pandemi virus corona, yang diyakini beberapa orang muncul dari laboratorium pemerintah di Wuhan, adalah senjata biologis. Pada tahun 1984 RRC menandatangani perjanjian Konvensi Senjata Biologi dan Racun (BWC) pada tahun 1984 yang melarang mereka mengembangkan, memproduksi atau menimbun senjata biologi atau racun. (*)