PEMBUNUHAN 27 November atas ilmuwan nuklir Iran terkemuka Mohsen Fakhrizadeh telah dipuji secara luas di media Israel, sementara setidaknya satu pejabat Israel mengatakan kepada The New York Times, dunia harus berterima kasih bahwa “bapak” program senjata nuklir Iran telah disingkirkan.
Pembunuhan Fakhrizadeh terutama bertepatan dengan tur Teluk Persia Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menunjukkan upaya bersama untuk meningkatkan ketegangan dengan Iran dan secara lebih terbuka memasukkan Israel ke dalam rival regional Iran, yaitu Arab Saudi dan UEA.
Pembunuhan itu tampaknya juga telah memperhitungkan tanggapan militer Iran yang dapat dengan mudah menyebar dan menyeret sekutu setia Israel, Amerika Serikat, ke dalam konfrontasi langsung dengan Iran, di hari-hari terakhir pemerintahan Donald Trump, Asia Times mencatat.
Baca Juga:Ada 59.514 Berkas Kasus Piutang Negara Nilainya Rp 75,3 triliun, DJKN: Belum TertagihManchester United Bidik Tiga Poin di Markas West Ham United
Yang jelas adalah, Presiden Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah memulai tindakan baru terhadap Iran sejak Trump kalah dari Presiden terpilih Joe Biden, yang secara signifikan telah mengisyaratkan pendekatan yang lebih berdamai terhadap Teheran, termasuk dimulainya kembali Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) yang dibatalkan Trump.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Trump telah memberlakukan sanksi baru, mengirim pembom B-52 strategis ke kawasan itu sebagai “peringatan” ke Iran, dan bahkan mempertimbangkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, menurut berbagai laporan media.
Singkatnya, kampanye detik-detik terakhir Trump adalah upaya terakhir untuk memaksimalkan tekanan hukuman yang diterapkan pemerintahannya terhadap Iran, termasuk melalui sanksi ekonomi yang melumpuhkan, dan memicu krisis keamanan baru untuk warisan Biden, Asia Times memaparkan.
Pendekatan berapi-api Israel terhadap Iran memiliki kemungkinan besar menjadi bumerang dengan konsekuensi yang berpotensi mengerikan. Setiap keuntungan jangka pendek yang dicapai oleh pembunuhan tersebut (seperti mengungkap kerentanan keamanan internal Iran) kemungkinan akan berubah menjadi kerugian jangka panjang karena beberapa alasan, Kaveh Afrasiabi menerangkan di Asia Times.
Pertama, pembunuhan itu dikritik oleh Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan bahkan di antara suara-suara terkemuka di AS. Uni Eropa mengeluarkan pernyataan yang mengutuk keras pembunuhan tersebut.