Pembunuhan Fakhrizadeh, dalang terkenal dari upaya persenjataan Iran di masa lalu, tidak akan merusak keahlian nuklir Iran yang masih cukup besar. Menurut sumber intelijen Amerika, Iran memang memiliki program yang bertujuan untuk menghasilkan hulu ledak nuklir, yang telah berakhir 17 tahun lalu, setelah terdeteksi oleh Badan Intelijen Pusat (CIA) dan diungkapkan oleh kelompok oposisi Iran.
Pembunuhan terbaru terhadap Fakhrizadeh mungkin tidak memprovokasi Iran untuk membangun senjata nuklir, tetapi kemungkinan akan menambah permusuhan antara Amerika Serikat dan Iran dan mempersulit upaya diplomasi. Hal itu dapat memperkuat faksi garis keras di Iran yang menentang kembalinya diplomasi, faksi yang sama yang berusaha untuk merebut kendali atas politik Iran dalam pemilihan presiden yang dijadwalkan pada Juni 2021.
Kepemimpinan Iran bereaksi dengan marah tapi hati-hati atas pembunuhan itu. Presiden Hassan Rouhani mengatakan bahwa Iran akan menanggapi dengan cara dan waktu yang dipilihnya sendiri. Rouhani menyalahkan Israel dan menyatakan, “Pembunuhan brutal ini menunjukkan bahwa musuh kita sedang melewati minggu-minggu yang penuh kecemasan. Berminggu-minggu mereka merasa tekanan mereka akan segera berakhir dan kondisi global sedang berubah.”
Baca Juga:Arsenal Kembali Mimpi BurukChelsea Lawan Tottenham Hotspur Tanpa Gol
Menurut opini Barbara Slavin di The New York Times, pernyataan Rouhani itu menunjukkan bahwa Iran akan membalas dendam terhadap Israel dalam beberapa bentuk lain. Iran dapat meningkatkan dukungannya untuk Hamas atau Jihad Islam Palestina. Iran akan memastikan bahwa Israel tetap menjadi “setan yang lebih rendah”, dalam propaganda Iran di masa mendatang. Ancaman Iran juga bisa menimbulkan risiko bagi sasaran empuk Israel seperti turis dan pelajar, selain para pejabat Israel di luar negeri. Amerika Serikat mungkin juga rentan karena hubungan mereka yang erat dengan Israel, selain alasan pembunuhan terang-terangan pemerintahan Trump terhadap jenderal senior Iran Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Qassem Soleimani pada Januari 2020.
Dengan ketegangan yang sangat tinggi, pemerintahan Biden yang akand atang menghadapi tantangan serius. Biden telah berjanji untuk kembali bernegosiasi dengan Iran, tetapi dia dan timnya tidak bisa berbuat lebih dari sekadar mengirimkan pesan melalui media ke Iran untuk tetap bersabar sampai pelantikannya pada 20 Januari 2021 dan menyerukan Israel untuk menghentikan kampanye sabotase mereka.