JAKARTA – Pemerintah Inggris meminta layanan streaming Netflix untuk menklaim serial The Crown sebagai karya fiksi.
Mengutip Deadline pada hari ini, 29 November, sekretariat budaya Oliver Dowden menyebut, serial The Crown menyudutkan pihak kerajaan karena adanya pemalsuan sejarah.
“(The Crown) adalah karya fiksi yang diproduksi dengan baik, seperti produksi serial televisi lainnya, Netflix harus jelas dengan hal tersebut,” kata Dowden kepada The Mail.
Baca Juga:Dinyatakan Positif Covid-19, Wagub DKI Jakarta: Saya Tetap Terkendali dan BaikBuru Harun Masiku, Mantan Jubir KPK: Sudah Saatnya Tim yang Berhasil Menangkap Nurhadi dan OTT KKP Dilibatkan
Ia khawatir masyarakat atau penonton yang tidak mengetahui sejarah ini, menganggap serial itu sebagai fakta.
Disutradarai Peter Morgan, pihak Netflix memberikan peringatan dalam serial itu. Tapi, peringatan itu hanya dilakukan ketika salah satu episode The Crown hendak menayangkan adegan bulimia yang dialami Putri Diana.
Peringatan yang dilayangkan kepada The Crown dialami sejak perilisan musim keempat. Pada pekan yang sama, penyiar ABC Australia mengatakan The Crown memalsukan pernyataan mantan perdana menteri Bob Hawke mengenai kerajaan.
Dalam serial itu, Bob Hawke diceritakan menyebut Ratu sebagai binatang ‘babi’ padahal kenyataannya ia tidak pernah mengucapkan hal tersebut.
Begitu juga dengan adik kandung Putri Diana, Charles Spencer juga khawatir jika penonton tidak bisa membedakan fiksi dengan nyata. “Banyak orang Amerika yang mengatakan kepada saya bahwa mereka menonton The Crown seperti sedang mengambil kelas sejarah.”
The Crown adalah serial yang menceritakan kerajaan Inggris. Pada musim keempatnya, The Crown berfokus kepada cerita Putri Diana (Emma Corrin) yang berkenalan dengan Pangeran Charles (Josh O’Connor) dan menjadi anggota kerajaan Inggris.
Sementara itu, Netflix belum merespons permintaan pemerintah Inggris. (*)