JAKARTA – Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto merasa gerah dengan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab yang terkesan bandel karena tidak mau mengikuti penanganan kesehatan sesuai protokol COVID-19 di Rumah Sakit Ummi Bogor.
Kegerahan ini tampak pada respons Bima dalam menanggapi Rizieq yang menolak untuk dilakukan tes swab ulang. Sebagai pimpinan daerah tempat Rizieq dirawat, Bima tak mau kerja Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Bogor kecolongan karena tak diperkenankan untuk mengetahui hasil swab Rizieq sebelumnya.
Bahkan, saat ini Bima menegur pihak Rumah Sakit Ummi Bogor dan mengancam akan mengambil jalur hukum dengan pasal menghalang-halangi kerja pemerintah yang sedang berupaya mengendalikan pandemi COVID-19 di Kota Bogor.
Baca Juga:5 Fakta Menarik Tamasya Warga di Akhir 20204 Desember, Magical Christmas Special Milik Mariah Carey Tayang di Apple TV
Apa latar belakang Bima Arya yang membuatnya tampak begitu ingin menjaga pengendalian kesehatan di Kota Bogor? Apa yang mengantarkan Bima Arya menjadi Wali Kota Bogor dua periode?
Memiliki ayah seorang perwira polisi tak membuat Bima Arya Sugiarto meneruskan jejak karier sebagai aparat penegak hukum. Ia lebih memilih berada jalur politik yang mengantarnya hingga menjabat sebagai Wali Kota Bogor saat ini.
Biodata Bima Arya
Bima Arya lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 17 Desember 1972. Anak pertama dari tiga bersaudara ini menamatkan pendidikan di SDN Polisi IV Bogor, SMPN 1 Bogor, dan SMAN 1 Bogor.
Ketertarikan Bima pada dunia politik tampak pada pendidikan tinggi yang dijalani. Bima lulus sebagai Sarjana Ilmu Politik, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1996.
Selama di kampus, Bima menjalani organisasi sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI), Ketua II Senat Mahasiswa FISIP dan Badan Pekerja Sekretariat Forum Mahasiswa HI Indonesia.
Bima juga sempat menjadi Ketua Umum Panitia Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) ke VII di Gedung Asia Afrika Bandung.
Ia melanjutkan pendidikan dan mendapat gelar Master of Arts, Studi Pembangunan Monash University Melbourne Australia pada tahun 1998, lalu Doktor Ilmu Politik, Australian National University Canberra Australia pada 2008.