Letnan Jenderal Öngay (yang dilaporkan merupakan salah satu komandan Turki yang mengambil bagian dalam bentrokan itu), adalah kepala Tentara Darat ke-3 yang ditempatkan di dekat Erzincan di Turki timur.
Menariknya, ketiga jenderal yang terlibat dalam operasi itu pergi ke Azerbaijan sebelum permusuhan dimulai, lanjut Turkish Minute.
Mayor Jenderal Kahya dikenal dekat dengan Hulusi Akar, Menteri Pertahanan Turki. Setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil menteri, pada 2019 Kahya dilantik pada unit kementerian lainnya, yaitu Direktorat Jenderal Pelayanan Administrasi yang dibentuk pada tahun yang sama, di mana Kahya menjadi direktur jenderal pertamanya.
Baca Juga:Tanpa Gejala, Bupati Situbondo Meninggal Dunia Akibat Covid-19‘The November Man’, Aksi Pierce Brosnan Bongkar Konspirasi Pejabat CIA dan Presiden Rusia
Media Rusia mengklaim bahwa Kahya memerintahkan drone bersenjata Turki yang digunakan dalam operasi di Nagorno-Karabakh. Dia sebelumnya mengambil peran serupa di Libya, di mana Turki melakukan intervensi di pihak Pemerintah Kesepakatan Nasional yang bermarkas di Tripoli, melawan Tentara Nasional Libya pimpinan Jenderal Khalifa Haftar di timur.
Armada drone yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Kahya terdiri dari TB2 yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Baykar, yang dimiliki oleh Selçuk Bayraktar, menantu Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. Jumlah TB2 yang dibawa ke Azerbaijan masih dirahasiakan. Turki juga pernah menjual TB2 ke Azerbaijan di masa lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan France24 pada 15 Oktober, Presiden Azeri Aliyev ditanya berapa banyak drone Turki yang dimiliki negaranya. Sebagai tanggapan, pemimpin Azeri itu tersenyum dan berkata: “Kami memiliki jumlah yang memadai. Informasi tersebut harus tetap dirahasiakan agar kami dapat mencapai tujuan kami, dan kami memilih untuk tidak mengungkapkannya.
Menanggapi pertanyaan lain, Aliyev membenarkan perbedaan yang dibuat oleh drone buatan Turki dalam upaya perang mereka.
“Ini adalah senjata yang cukup modern dan berkembang. Berkat drone dari Turki, kami telah menghancurkan peralatan militer Armenia senilai US$1 miliar,” ungkap Aliyev.
Sistem pencitraan dan penargetan TB2 dibeli dari L3Harris Technologies Inc. Kanada, lapor Turkish Minute.
Jerman menyediakan sistem panduan untuk rudalnya. Mesinnya adalah Rotax 912-iS yang diimpor dari Austria. Inggris Raya menjual rak rudal Hornet yang diproduksi oleh ECO MBM Technology.