JAKARTA-Konflik bersenjata antara Azerbaijan dan Armenia atas Nagorno-Karabakh telah berakhir menyusul intervensi diplomatik oleh Rusia. Moskow menjadi lebih berpengaruh di kawasan itu, karena kesepakatan tersebut mengharuskan penempatan militer Rusia di lokasi-lokasi utama di dalam dan sekitar kawasan, untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata. Namun, peran militer Turki-lah yang sangat menentukan kemenangan Azerbaijan.
Bentrokan tersebut mengakibatkan Azerbaijan merebut sebagian wilayah yang hilang pada awal konflik sekitar 30 tahun lalu. Keberhasilan militer mereka kontras dengan eskalasi konflik sebelumnya, dan sebagian merupakan hasil dari dukungan yang cukup besar yang diberikan oleh Turki, dengan staf militernya serta teknologinya, tulis Turkish Minute.
Peran Turki dalam pertempuran tersebut sering diperdebatkan, dengan fokus khusus pada efisiensi drone bersenjata. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menggambarkan jumlah drone yang mereka miliki “memadai”. Namun, media Rusia mengklaim bahwa jenderal Turki-lah yang memberi keseimbangan militer untuk mendukung Azerbaijan.
Baca Juga:Tanpa Gejala, Bupati Situbondo Meninggal Dunia Akibat Covid-19‘The November Man’, Aksi Pierce Brosnan Bongkar Konspirasi Pejabat CIA dan Presiden Rusia
Surat kabar Rusia Vzglyad menerbitkan laporan yang mengungkapkan nama tiga jenderal Turki yang mengambil bagian dalam komando pertempuran dalam konflik Kaukasia Selatan: Letnan Jenderal Şeref Öngay, Mayjen Bahtiyar Ersay, dan Mayjen Göksel Kahya.
Menurut laporan, Mayjen Ersay dari Divisi Perencanaan dan Operasi Angkatan Darat Turki memimpin keseluruhan operasi di Nagorno-Karabakh.
Sebelum pertempuran dimulai di Nagorno-Karabakh, Kepala Staf Umum Azeri Jenderal Najmeddin Sadikov dipecat, Turkish Minute mencatat. Sadikov, yang telah memimpin tentara Azeri selama 27 tahun, dikenal sebagai jenderal pro-Rusia, dan hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dipandang sebagai alasan ia memegang posisi tersebut dalam waktu yang lama.
Menurut sumber-sumber Turki, Sadikov bertanggung jawab atas dugaan pengeroyokan perwira Azeri yang dilatih di akademi militer Turki, sebagai bagian dari perjanjian pelatihan militer antara kedua negara.
Vzglyad mengklaim bahwa setelah pemecatan Sadikov, para jenderal Turki meningkatkan pengaruhnya di militer Azerbaijan, dan secara langsung memimpin pasukan Azeri dalam bentrokan terbaru. Drone bersenjata yang sangat mempengaruhi pertempuran demi kepentingan Azerbaijan, juga dikendalikan dari pusat di bawah komando seorang jenderal Turki, menurut laporan itu.