Banyaknya teori maupun penampakan yang tak bisa dibuktikan secara ilmiah. Nyatanya menjadikan keberadaan alien atau makhluk asing sebatas teori konspirasi yang dibuat-buat oleh pemerintah.
Misalnya saja Area 51, ini merupakan tempat terkenal yang sering kali dikaitkan dengan UFO. Area 51 adalah sebuah fasilitas rahasia yang terletak di Nevada Test and Training Range, salah satu markas militer Nellis Air Force Base Complex.
Namun, para pencetus teori konspirasi tentu saja percaya dan menganggap kalau pemerintah AS melakukan percobaan-percobaan rahasia di Area 51. Meski begitu alien dan Area 51 kini menjadi sebuah pop culture yang melekat di masyarakat dunia.
Baca Juga:Dirawat di Rumah Sakit, Kesehatan Abu Bakar Ba’asyir MenurunKonflik Nagorno-Karabakh, Peran Militer Turki Menentukan Kemenangan Azerbaijan
Banyaknya film-film sains fiksi yang mengangkat tema luar angkasa, memperkuat anggapan jika alien dan UFO sebatas hiburan semata. Meski banyak yang mempercayai keberadaan alien, namun ilmu pengetahuan saat ini belum mencapai tahap tersebut.
Para peneliti juga berusaha mengungkap secara nyata keberadaan alien. Bahkan sejumlah negara dan lembaga antariksa sempat membangun teleskop raksasa untuk mencari keberadaan alien.
Salah satunya, observatorium arecibo di Puerto Rico, teleskop radio dengan bentang mencapai 305 meter itu digunakan untuk mencari kontak dengan kecerdasan luar angkasa (SETI).
Indonesia jadi salah satu negara yang ikut mencari keberadaan alien dan mahkluk asing. Melalui Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) mereka berencana untuk melakukan penelitian tentang kehidupan lain di luar Bumi dan meneliti lebih dalam Exoplanet pada 2021.
Peneliti LAPAN Rhorom Priyatikanto menuturkan rencana ini termasuk ke dalam pengamatan transient project. Di mana, Indonesia akan mulai mencari kehidupan lain di luar Bumi seperti alien dan tempat layak huni selain Bumi.
“LAPAN akan merencanakan program pengamatan transient objects mulai tahun depan. Exoplanet dan supernova adalah contoh objek transien. Dengan kata lain, kami akan mulai mencari dan mempelajari Exoplanet dengan lebih sistematis. Salah satu arahnya memang menjawab apakah ada kehidupan di luar sana,” ungkap Rhorom saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Rhorom juga mengatakan bahwa nantinya program itu akan dilaksanakan di fasilitas Observatorium Nasional di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan dana dari program ini pun berasal dari APBN. LAPAN diperkirakan akan menelan biaya Rp340 miliar.