Kesimpangsiuran Vatikan sudah ditandai dengan garis merah oleh beberapa peneliti dan sejarawan sejak dahulu. Sudah menjadi konsekuensi logis bahwa sesuatu yang hanya berani menghadirkan kemisterusan yang dibungkus dengan ritus dan nama agama akan menjadi pusat tontonan. Lebih-lebih setelah sekian tahun tidak ada peneliti dan sejarawan yang berani menuliskan temuannya. Karena selalu saja, semua akan berakhir dengan peristiwa hilangnya nyawa. Dan kekejaman atas efek temuan itupun selalu dibungkus oleh sebuah konspirasi global dibawah strategi intelijen yang tersusun rapi.
Yang baik dan masih tersisa dari dunia adalah, kebusukan tidak akan berubah menjadi bunga Mawar meskipun semesta manusia menyemprotnya dengan minyak wangi paling mahal yang mereka punya.
Tentu, peredaran buku seperti Menyusup Kabut Gelap Vatikan ini cukup berpotensi memicu konflik agama (baca: keyakinan). Sebab dampak negatif paling pertama dari buku ini tentu adalah lunturnya keimanan; kedua adanya erosi pembenaran terhadap dogma Tuhan versi Vatikan; ketiga adalah konflik internal yang memiliki daya ledak untuk menjadikan warga bangsa saling melontarkan mata tajamnya (baca: menghina). Inilah mengapa menurut saya buku ini telah mengalami penolakan semua penerbit, sebab yang layak diketahui oleh publik yang sesungguhnya adalah semua karya terbitan berada di bawah kuasa sebuah deputi “angker” yang masih eksis di Indonesia ini.
Baca Juga:Awal Karakter Sejarah Film, Hari Ini Film Frankenstein Dirilis,Jalani Karantina, Donald Trump Jr. Dinyatakan Positif Covid-19
Namun, dari sisi alam ilmu pengetahuan yang universal, sesungguhnya kehadiran buku ini bagi saya sendiri adalah sebuah tonggak baru di Indonesia khususnya dan dunia luas umumnya. Karena memang menurut kawan saya itu buku ini sudah siap diterbitkan dengan bahasa Inggris oleh seorang rekanan penerbit dari salah satu negara Eropa, dan inipun mencetak sebuah misteri tersendiri. Mengapa? Sebab ada satu kejanggalan yang akan diperdagangkan disini. Knowledge orientation mungkin saja, tapi saya lebih suka untuk menyebutnya sebagai Era Baru Ilmu Tanda.
Sebuah agama akan diperdengari sangkakala kiamat atas kebenaran yang diajarkannya, begitulah buku itu menampar saya.
Dan usut punya usut, ternyata buku itu diterbitkan oleh penerbit baru (analisa non-data) yang mungkin adalah deformasi sebuah penerbit lama yang memang hobi membidik selera baca manusia dengan buku-buku bertema kontroversial. Sebab ketika saya bertanya darimana kawan saya mendapatkan buku itu, ia hanya berkata: pesan di took buku online.