“Akhirnya saya merasa seperti hidup di lingkungan yang dikisahkannya. Dan setiap kali saya berurusan dengan sesuatu yang berkaitan dengan abad ke-19, maka saya selalu mencek dulu apa yang ditulis Raffles mengenai masalah itu,” ungkap penulis mengutip Boomgaard, halaman 158.
Jauh sebelum The History of Java karya Raffles lahir, William Marsden telah menuliskan karyanya berjudul The History of Sumatra (1783) lebih dulu. Bedanya, karya Raffles berfokus seputar sejarah Pulau Jawa. Sedangkan, Marsden lebih kepada Pulau Sumatra.
Disinyalir pembuatan The History of Java terinpirasi dari karya Marsden. Fakta itu karena kedua karya sama-masa tak hanya memuat cerita sejarah, tetapi juga berbagai macam bidang kehidupan yang tergelar pada wilayah yang menjadi obyek penulisan.
Baca Juga:Ketika Eksistensi Vatikan Diragukan?Awal Karakter Sejarah Film, Hari Ini Film Frankenstein Dirilis,
“Buku ini menawarkan jauh lebih banyak daripada sekedar sejarah. Nyatanya buku tersebut merupakan ensiklopedia, dan ini adalah khas produk zaman pencerahan,” imbuh P. Swantoro yang lagi-lagi memakai pendapat Boomgaard, halaman 180.
Kekaguman penulis dengan kedua pendiri bangsa, Bung karno dan Hatta tampak terlihat jelas dengan banyaknya bagian yang menjelaskan peran mereka bagi kemerdekaan. Tak hanya itu, P. Swantoro pun turut menulis terkait perbedaan pribadi keduanya. Namun, perihal kesamaan tak lupa diungkap olehnya berdasarkan dua karya fenomenal. Pertama, karya Hatta sendiri: Mohammad Hatta: Memoir (1979). Kedua, karya Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).
Dalam salah satu kesamaan, penulis mengungkap jikalau baik Soekarno maupun Hatta pernah mengalami intervensi dari ibu mereka masing-masing dalam perjalanan pendidikan. Hampir saja Hatta tak meneruskan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah setingkat SMP). Sedangkan Bung Karno nyaris tak menjadi mahasiswa Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB), tetapi belajar di Negeri belanda.
“Seandainya itu terjadi, barangkali akan lain pulalah perjalanan sejarah Indonesia. Peristiwa kecil tak jarang mengakibatkan peristiwa besar,” hadir di halaman 388.
Kiranya, itulah ulasan terkait buku setebal 474 halaman. selebihnya pembaca akan disajikan pengalaman penulis berkela lintas zaman dengan buku-buku terbaik. beberapa ada yang bercerita panjang lebar terkait Pangeran Diponegoro, Ki Hajar Dewantara, Sutan Syarir, dan sederet tokoh dari Belanda maupun Amerika yang memiliki ketertarikan akan Indonesia.